Monday, February 9, 2009

Rahasia Dzikir


Tidak akan meremehkan wirid kecuali orang yang bodoh, karunia Allah (warid) terdapat diakhirat, tetapi wirid akan habis, dengan berakhirnya dunia dan sebaik-baik yang harus diperhatikan oleh seseorang ialah sesuatu yang tidak kunjung habis. Wirid itu sesuatu yang dituntut Allah darimu sedangkan warid adalah sesuatu yang engkau harapkan dari Allah. Maka dimanakah letak perbandingan antara sesuatu yang dituntut Allah dari mu dengan harapanmu dari Allah.
Wirid adalah segala bentuk macam ibadah lahir dan batin baik yang wajib maupun yang sunah, sedangkan warid iayalah pemberian-pemberian Allah dalam hati hamba yang berupa keterangan hati, nur cahaya, dan kesenangan berbuat ibadah taufiq dan hidayahnya. Wirid ialah semua amal yang sholeh yang untuk mengisi semua waktu dan dapat mencegah semua anggota dari perbuatan perbuatan yang tidak disenangi. Yang kita ketahui wirid yang kita baca setiap habis sholat hematnya sesuatu yang sudah pasti dibaca setiap sholat, sesuai kemampuan kita.
Mutajarrid adalah orang yang disibukan dengan ibadah sedangkan mutakharrif adalah orang yang banyak disibukan dunia (pekerjaan). Ada sebuah cerita auliya sulthon syekh juneid setiap harinya kerja ditoko tapi setiap mau buka dan tutup toko beliau sholat 400 raka’at. Jadi bagi yang mutakharrif bisa berdzikir sambil kerja dengan dzikir khoffi yaitu didalam hati saja. Untuk mengisi waktu dengan ibadah itu dengan wirid walaupun tiap hari disibukan oleh pekerjaan. Akhirnya hatinya jadi terang dan tenang.
Wirid juga mempunya majiyah-majiyah (kelebihan-kelebihan) terutama kelebihannya mengandung warid, sedang warid adalah pemberian-pemberian Allah yang dimasukkkan didalam hati hamba seperti kema’rifatan-kema’rifatan Allah, nur yang membuat hati jadi lapang. Dicontohkan syekh abdul qodir jailani digoda Iblis, kemudian iblis manyaru jati nur dan mengaku menjadi Tuhan “inni robbakumul a’la” dan syekh abdul qodir jaelani tahu faham mengerti (karena beliau diberikan kema’rifatan ilahiyat) bahwa itu adalah iblis kemudian belia berkata “diam kau wahai orang yang dilaknat (isya’ ya la’in)” pengertian beliau bahwa Allah itu tidak ada jisimnya, wujudnya. Kalau sesuatu sinar/cahaya, suara bisa dilihat mata itu disebut jisim kaffif (jisim kasar). Pernah juga beliau mau naik mimbar tapi beliau masih dibawah sambil ngomong sendiri sambil nundukin diri, hadirin heran, kemudian setelah beliau naik diatas mimbar ditanya hadirin kenapa sebelum naik kaya ngomong sendiri kemudian beliau menjawab karena diatas mimbar ada sosok tinggi, beliau itu adalah rosulullah, tapi hadirin tidak tahu. Karena beliau diberikan kema’rifatan. Dan itu disebut warid. Sama halnya setiap makanan pasti mengandung gizi sama halnya wirid mengandung nur. Nur sholawat beda dengan nur al-ikhlas, dan beda dengan nur-nur bacaan setiap yang ada di al-qur’an. Dan nur itu masuk didalam sirri didalam hati,kalbu. kalbu ini mempunyai mata yang jumlahnya ada tiga yaitu bassirotul qolbi, yang lebih dalam lagi bassirotul fu’ad dan paling lebih dalam lagi bassirotul sirri. Dan amal-amal yang sholeh ini mengandung nur-nur yang akan masuk kedalam kalbu tapi terkadang nur ini tidak masuk kedalam kalbu hanya diluar kalbu, kenapa? Karena dalam nya hati sudah penuh dengan urusan dunia contohnya dimulut membaca sholawat tapi pikirannya mikirin dunia kaya pekerjaan dan lain-lain. Tapi kalau nur ini masuk kedalam sirri atau kalbu maka nur tersebut akan mengajak ibadah, mulut tidak mahu ngomongin aib orang, kuping tidak mau dengerin gossip, dan lain-lain. Makanya kalau ada orang yang mengatakan hati nurani saya mengatakan itu bohong, karena hati nurani kalau sudah dimasuki nur ilahi. Kalbun dulmaniyun adalah hati yang gelap yang tidak kemsukan nur ilahi, jadi warid adalah anugrah Allah yang masuk kedalam hati manusia oleh karena itu siapa yang banyak wirid maka banyak warid.
Amal yang paling disenengi Allah adalah amal dawam atau yang terus menerus walaupun sedikit. Makanya metode-metode ahli toriqot bacaanya tidak panjang-panjang tapi yang penting dawwam. Hadist nabi syapa yang membaca “la ilaha illallah” dipanjangin lafadznya faidahnya sekali baca bisa menghapus dosa empat ribu dosa besar. Makanya bersyukur kalau punya istri sufi yang suka mebaca lafadz la ilaha illallah. Nabi musa ketika itu meminta kepada Allah, “ya Allah saya minta dzikiran khusus” Allah menjawab “laa illaaha illallah” musa bertanya lagi “ya Allah itu sudah biasa saya pengen yang lebih istimewa lagi” Allah menjawab “ laa ilaahaill allah” musa berkata lagi “ ya Allah itu sudah biasa orang-orang mukmin juga baca”sampe tiga kali, Allah menjawab “ laa ilaa haillallah” kalau ditimbang bumi beserta isinya kalah beratnya dengan lafadz “laa haillallah”. Contoh lain, kiyai kholil bangkalan diundang acara hajatan oleh seseorang yang kaya untuk acara 7 hari bapaknya yang meninggal sampe membeli sapi yang besar sekali, semua undangan sudah hadir tetapi mbah kolil belum datang kemudian dijemput beliau karena hadirin sudah menunggu, kemudian mbah kolil Cuman membacakan “laa ilahaillallah” 3x dengan dibaca panjang,setelah itu langsung do’a. akhirnya yang punya hajat merasa rugi karena tidak sesuai dengan harapan dengan bacaan-bacaan yang panjang, akhirnya gerutunya tuan rumah dilihat mbah kolil akhirnya pembantunya mbah kolil disuruh beli sapi yang lebih besar dari yang sebelumnya, sebelumnya mbah kolil menulis lafadz “laa ilaa haillallah”3x dikertas kemudian ditimbang dengan sapi tapi dengan segala kekuasaan Allah beratan lafadz dari pada sapi.
Kalau kalian merasa telah mendapatkan kenikmatan dzikiran, tapi jangan suka sama nikmatnya tapi suka karena Allah telah memberikan kenikmatan tersebut karena kenikmatan hanya milik Allah.
Kalau orang yang sudah diberikan karomah oleh Allah maka dzikirannya tetap tidak berkurang tiap harinya disebut ‘Ariffin, Syeikh juneid ketika masuk toriqot beliau masih pegangannya tasbih bahkan beliau derajatnya sampe jadi auliya shulton dan sadati sufiah (tuannya ahli tasauf) kemudian beliau ditanya “beliau diberikan derajat tinggi oleh Allah tapi masih megang tasbih, banyak auliya yang tidak memegng tasbih tapi hatinya tetep berdzikir” beliau menjawab “ sebabnya tasbih ini aku sampe derajat oleh Allah, apa-apa yang menjadi sebab aku sampe Allah walau 1000 tahun tidak akan aku tinggalkan” intinya karena untuk mudawwam terus menerus. Dan beliau mengerti sekali karena wirid faidahnya besar sekali. Wiridan yang dikerjakan orang ‘arif itu lebih bagus dari pada mahkota didunia. Wirid itu tuntutannya Allah dari hamba sedang warid pengharapannya hamba ke Allah. Kalu ditimbang tidak seimbang lebih berat tuntutannya Allah, jadi istiqomah itu tuntutannya Allah pada hambanya sedang karomah pengharapnnya hamba kepada Allah.

“Robbi farfa’na bibarqatihim, wa minal khusna bikhurmatihim, wa amitna fi toriqotihim, wa mu’afati minal fithani”.

No comments:

Post a Comment