Wednesday, May 6, 2009

Nasehat para imam mazhab untuk mengikuti sunnah



IMAM ABU HANIFAH
Imam mazhab yang pertama adalah Abu Hanifah Nu'man
bin Tsabit. Para muridnya telah meriwayatkan berbagai
macam perkataan dan pernyataan beliau yang seluruhnya
mengandung satu tujuan, iaitu kewajiban berpegang pada
Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
meninggalkan sikap membela pendapat-pendapat para
imam bila bertentangan dengan Hadis Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Ucapan beliau.
1) "Jika suatu Hadis itu sahih, maka itulah
mazhabku".
2) "Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan
kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil
sumbernya"
3) Pada riwayat lain dikatakan bahawa beliau
mengatakan: "Orang yang tidak mengetahui
dalilku, haram baginya menggunakan
pendapatku untuk memberikan fatwa". Pada
riwayat lain ditambahkan: "Kami hanyalah seorang
manusia. Hari ini kami berpendapat demikian
tetapi besok kami mencabutnya". Pada riwayat
lain lagi dikatakan: "Wahai Ya'qub (Abu Yusuf),
celakalah kamu! Janganlah kamu tulis semua
yang kamu dengar dariku. Hari ini saya
berpendapat demikian, tapi hari esok saya
meninggalkannya. Besok saya berpendapat demikian, tapi hari berikutnya saya
meninggalkannya".
4) Kalau saya mengemukakan suatu pendapat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
tinggalkanlah pendapatku itu yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadis

IMAM MALIK BIN ANAS
Imam Malik bin Anas menyatakan:
1) "Saya hanyalah seorang manusia, terkadang
salah, terkadang benar. Oleh kerana itu, telitilah
pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur'an dan
Sunnah, ambillah; dan bila tidak sesuai dengan
Al-Qur'an dan Sunnah, tinggalkanlah".
2) "Siapa pun perkataannya bisa ditolak dan bisa
diterima, kecuali hanya Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam sendiri".
3) Ibnu Wahhan berkata: "Saya pernah mendengar
Malik menjawab pertanyaan orang tentang
menyela-nyela jari-jari kaki dalam wudhu,
jawabnya: 'Hal itu bukan urusan manusia'. Ibnu Wahhab berkata: 'Lalu saya tinggalkan beliau
sampai orang-orang yang mengelilinginya
tinggal sedikit, kemudian saya berkata
kepadanya: 'Kita mempunyai Hadis mengenai hal
tersebut'. Dia bertanya: 'Bagaimana Hadis itu?.
Saya menjawab: 'Laits bin Sa'ad, Ibnu Lahi'ah,
Amr bin Harits, meriwayatkan kepada kami dari
Yazid bin 'Amr Al-Mu'afiri, dari Abi 'Abdurrahman
Al-Habali, dari Mustaurid bij Syaddad Al-
Qurasyiyyi, ujarnya: 'Saya melihat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menggosokkan jari
manisnya pada celah-celah jari-jari kakinya'.
Malik menyahut:' Hadis ini hasan, saya tidak
mendengar ini sama sekali, kecuali kali ini.
'Kemudian di lain waktu saya mendengar dia
ditanya orang tentang hal yang sama, lalu beliau
menyuruh orang itu untuk menyela-nyela jari-jari
kakinya"

IMAM ASY-SYAFIE
Riwayat-riwayat yang dinukil orang dari Imam Syafie
dalam masalah ini lebih banyak dan lebih bagus 9 dan
pengikutnya lebih banyak yang melaksanakan pesannya
dan lebih beruntung.
Beliau berpesan antara lain.
1) "Setiap orang harus bermazhab kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan
mengikutinya. Apa pun pendapat yang aku
katakan atau sesuatu yang aku katakan itu
berasal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam tetapi ternyata berlawanan dengan
pendapatku, apa yang disabdakan oleh
Rasulullah itulah yang menjadi pendapatku"
2) "Seluruh kaum muslim telah sepakat bahawa
orang yang secara jelas telah mengetahui suatu
Hadis dari Rasulullah tidak halal
meninggalkannya guna mengikuti pendapat
seseorang"
3) "Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu
yang berlainan dengan Hadis Rasulullah,
peganglah Hadis Rasulullah itu dan tinggalkan
pendapatku itu"
4) "Bila suatu Hadis sahih, itulah mazhabku"
5) "Kalian lebih tahu tentang Hadis dan para
rawinya daripada aku. Apabila suatu Hadis itu
sahih, beritahukanlah kepadaku biar di mana pun
orangnya, apakah di Kuffah, Bashrah, atau Syam,
sampai aku pergi menemuinya"
6) "Bila suatu masalah ada Hadisnya yang sah dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menurut
kalangan ahli Hadis, tetapi pendapatku
menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya, baik
selama aku hidup maupun setelah aku mati"
7) "Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu
pendapat yang ternyata menyalahi Hadis Nabi
yang sahih, ketahuilah bahawa hal itu bererti
pendapatku tidak berguna"
8) "Setiap perkataanku bila berlainan dengan
riwayat yang sahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam, Hadis Nabi lebih utama dan kalian
jangan bertaqlid kepadaku"
9) "Setiap Hadis yang datang dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, bererti itulah pendapatku, sekalipun kalian tidak mendengarnya sendiri dari
aku"

AHMAD BIN HANBAL
Ahmad bin Hanbal merupakan seorang imam yang paling
banyak menghimpun Hadis dan berpegang teguh
padanya, sehingga beliau benci menjamah kitabkitab
yang memuat masalah furu' dan ra'yu.
Beliau menyatakan sebagai berikut:
1) "Janganlah engkau taqlid kepadaku atau
kepada Malik, Sayfi'i, Auza'i dan Tsauri, tetapi
ambillah dari sumber mereka mengambil. 20
Pada riwayat lain disebutkan: "Janganlah
kamu taqlid kepada siapapun mereka dalam
urusan agamamu. Apa yang datang dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahabatnya, itulah hendaknya yang kamu
ambil. Adapun tentang tabi'in, setiap orang
boleh memilihnya (menolak atau menerima)"
Kali lain dia berkata: "Yang dinamakan ittiba'
iaitu mengikuti apa yang datang dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, sedangkan yang datang dari para
tabi'in boleh dipilih".
2) "Pendapat Auza'i, Malik dan Abu Hanifah
adalah ra'yu (pikiran). Bagi saya semua ra'yu
sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama
adalah yang ada pada atsar (Hadis)"
3) "Barangsiapa yang menolak Hadis Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berada di
jurang kehancuran"

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar
beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (AnNisaa': 59)

Demikianlah pernyataan para imam dalam menyuruh
orang untuk berpegang teguh pada Hadis dan melarang
mengikuti mereka tanpa sikap kritis. Pernyataan mereka
itu sudah jelas tidak bisa dibantah dan diputarbalikkan
lagi. Mereka mewajibkan berpegang pada semua Hadis
yang sahih sekalipun bertentangan dengan sebagian
pendapat mereka tersebut dan sikap semacam itu tidak
dikatakan menyalahi mazhab mereka dan keluar dari
kaedah mereka, bahkan sikap itulah yang disebut
mengikuti mereka dan berpegang pada tali yang kuat
yang tidak akan putus. Akan tetapi, tidaklah demikian halnya bila seseorang meninggalkan HadisHadis yang sahih kerana dipandang menyalahi pendapat mereka.
Bahkan orang yang berbuat demikian telah durhaka
kepada mereka dan menyalahi pendapatpendapat
mereka yang telah dikemukakan di atas. Allah berfirman.
"Demi Tuhanmu, mereka itu tidak dikatakan
beriman sehingga mereka menjadikan kamu
sebagai hakim dalam menyelesaikan sengketa
diantara mereka, kemudian mereka tidak
berkeberatan terhadap keputusanmu dan
menerimanya dengan sepenuh ketulusan hati".
[AnNisa':65]
Allah juga berfirman.
"Orangorang
yang menyalahi perintahnya
hendaklah takut fitnah akan menerima mereka
atau azab yang pedih akan menimpa mereka".
[AnNur:63]
Imam Hafizh Ibnu Rajab berkata: "Kewajiban orang yang telah menerima dan
mengetahui perintah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam adalah menyampaikan kepada
ummat, menasihati mereka, dan menyuruh
mereka untuk mengikutinya sekalipun
bertentangan dengan pendapat mayoritas
ummat. Perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam lebih berhak untuk dimuliakan dan diikuti
dibandingkan dengan pendapat tokoh mana pun
yang menyalahi perintahnya, yang terkadang
pendapat mereka itu salah. Oleh kerana itulah,
para sahabat dan para tabi'in selalu menolak
pendapat yang menyalahi Hadis yang sahih
dengan penolakan yang keras yang mereka lakukan bukan kerana benci, tetapi kerana rasa
hormat. Akan tetapi, rasa hormat mereka kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh
lebih tinggi daripada yang lain dan kedudukan
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh di atas
makhluk lainnya. Bila perintah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata berlawanan
dengan perintah yang lain, perintah beliau lebih
utama didahulukan dan diikuti, tanpa sikap
merendahkan orang yang berbeda dengan
perintah beliau, sekalipun orang itu
mendapatkan ampunan dari Allah. Bahkan orang yang mendapat ampunan dari Allah, yang
pendapatnya menyalahi perintah Rasuluallah
Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak merasa benci
bila seseorang meninggalkan pendapatnya,
ketika ia mendapati bahawa ketentuan Rasulullah
berlawanan dengan pendapatnya.
Komentar AlAlbani:
Bagaimana mereka (para imam)
membenci sikap semacam itu, padahal mereka sendiri
menyuruh para pengikutnya untuk berbuat begitu, seperti
yang telah disebut keterangannya di atas. Mereka
mewajibkan para pengikutnya untuk meninggalkan
pendapatpendapat
mereka, bila bertentangan dengan
Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan Imam
Syafie menyuruh para muridnya untuk mengatasnamakan
dirinya terhadap setiap Hadis yang sahih, sekalipun beliau
tidak meriwayatkannya, atau bahkan pendapatnya
bertentangan dengan Hadis itu. Oleh kerana itu, Ibnu Daqiq Al'Id
mengumpulkan berbagai Hadis yang
dikategorikan bertentangan dengan pendapat dari salah
satu atau seluruh imam yang empat, dalam sebuah buku
besar. Beliau mengatakan pada pendahulunya:
"Mengatasnamakan para imam
mujtahid tentang berbagai masalah
yang bertentangan dengan Hadis sahih
adalah haram".
Para ahli fiqih yang taqlid kepada
mereka wajib mengetahui bahawa tidak
boleh mengatasnamakan masalah itu
kepada mereka. sehingga berdusta
atas nama mereka.



Saturday, May 2, 2009

Makna Susah didalam Ibadah


Orang yang rajin dalam ibadah kalau seandainya meninggalkan ibadah maka orang tersebut akan merasakan kesusahan, kesedihan, kehawatiran, bahkan bisa ketakutan dalam jiwanya, sebagaimana telah diceritakan oleh sayyidina umar bin hattab RA. Beliau pada suatu hari masuk kesebuah kebun kurma, dan kebun tersebut tanahnya sangat subur airnya mengalir dengan bersih dan buah kurmanya tumbuh segar-segar, karena senangnya sahabat umar menikmati keindahan kebun tersebut sampe lupa meninggalkan jama’ah sholat ashar, kemudian dia melihat gerombolan muslimin berjalan menghampirinya dan beliau bertanya “dari mana kalian semuanya” mereka menjawab kami baru saja melaksanakan sholat ashar berjama’ah, kemudian sahabat umar kaget gelisah, menangis dan menjawab “innalillahi wainna ilaihi roji’un”. Rasa kegelisahan sahabat umar sangat dalam karena beliau merasa berdosa kepada Allah bahkan merasakan kesusahna karena ketinggalan jama'ah sholat ashar, beliau berpikir harus perbanyak ibadah untuk menebus dosa meninggalkan jama’ah sholat ashar karena sebuah kebun kurma akhirnya kebun kurma tersebut diwaqafkan kepada kaum fakir.
Tetapi bagi kita orang awwam terkadang ketinggalan harta ataupun kerugian dalam perdagangan walaupun sedikit tetapi merasakan kesusahan dan penyesalannya bertahun-tahun, tetapi kalau ketinggalan didalam ibadah kita tidak akan merasakan penyesalan dan kesusahan sedikitpun didalam hati, itulah orang yang tertipu dalam kehidupan dunia “wa la tagrurronnakumul hayatud dunya” janganlah kalian tertipu dengan kehidupan dunia, termasuk orang yang tertipu dunia adalah orang yang sibuk mencari harta sampe meninggalkan ibadah, “ya ayyuhal ladzina amanu la tulhikum amwalukum wa la auladukum ‘an dzikrillah wa manyaf’al dzalika fa ulaika humul khosirun” hai orang-orang yang beriman janganlah melalaikan kamu, hartamu, anak-anakmu, berdzikirlah (ingatlah) kepada Allah, barang siapa yang lalai, maka termasuk orang-orang yang merugi, kesimpulannya orang yang banyak meninggalkan ibadah yaitu umumnya orang-orang yang sibuk mencari dunia, bukannya mencari dunia tidak boleh, bahkan diperintah oleh Allah sebabnya orang yang hidup didunia harus ibadah dan ibadah perlu dunia, tetapi mencari dunia jangan sampe meninggalkan ahirat dan yang lebih terpenting kebahagian akhirat karena “ad dunya majro’atul ahirat” dunia itu ladangnya ahirat.
Tetapi barang siapa sudah merasakan susah dan penyesalan dalam meninggalkan ibadah tetapi rasa kesusahan tersebut tidak membangkitkan dorongan semangat untuk beribadah dan menebus rasa kesalahan tersebut maka orang tersebut tertipu oleh syaiton, Nabi Muhammad SAW bersabdah “sesungguhnya Allah suka kepada setiap hati yang selalu susah” kesusahan disini memikiri kekurangan-kekurangan dalam beribadah, diceritakan Abu ‘Ali addaqof berkata “orang yang susah bisa menempuh perjalan menuju Allah hanya satu bulan dari pada orang yang tidak merasakan susah dalam menempuh jalan menuju Allah bertahun-tahun”, perjalan menuju Allah tersebut perjalanan yang mengalami tahapan-tahapan, yang pertama tahapan orang ‘abid yaitu orang yang beribadah mencari ridho Allah yang bertujuan selamat dari neraka dan masuk syurga, tahap kedua mukhlis yaitu orang yang beribadah tidak ada tujuan-tujuan kecuali semata-mata mencari rido Allah, tahapan yang ketiga mukhib yaitu orang yang suka kepada Allah dan yang keempat ‘arif yaitu orang yang ahli ma’rifat kepada Allah.
Orang mukhib untuk mencapai derajat ‘arif harus melintasi tahapan-tahapan tazali yaitu ada empat, tazali af’al, tazali sifat, tazali asma, tazali dzat. Inilah yang disebut perjalanan menuju Allah, dan perjalanan ini sangat panjang, digambarkan ibnu ‘atoillah asakandari bahwasannya hatinya orang itu ada yang diibaratkan seperti tanah, jika tanah tersebut digali sedikit saja sudah keluar airnya ada juga tanah digali dan keadaan tanah tersebut didalam berbatu-batu dan walaupun digali sampe dalam tidak keluar airnya, maka yang ada kegersangan oleh karena itu tanah tersebut harus dialiri, seperti halnya hati manusia kalau gersang karena disibukan denga hal-hal dunia maka harus dialiri dengan berdzikir kepada Allah dan mengikuti pengajian-pengajian untuk mengarahkan langkah kita sehingga perjalan menuju Allah jangan menyimpang, tetapi ikut pengajian tersebut harus diperhatikan lagi jangan sampe dari aliran-aliran yang bermacam-macam, sehingga menghambat perjalanan. Bahkan ada juga belajar dengan sendirinya lewat kitab-kitab, akhirnya salah pemahaman maka hati yang mangaliri kurang bagus, jadi dalam perjalanan menuju Allah ada ilmunya dan harus mempunyai seorang guru, karena man la syaikho lahu fa syaikhuhu syaiton “barang siapa yang tidak mempunyai guru maka gurunya adalah saitan”.
Orang yang berjalan menuju Allah juga ada tahapan-tahannya nafsu, nafsu yang paling bawah nafsu ammarah, , tanda-tandanya seperti ria, pelit, sombong, rakus dunia dan lain sebagainya maka kita harus riadohtin nafsu atau melatih nafsu, yang asalnya takabur menjadi tawadu’, ria menjadi ihlas dan lain sebagainya, setelah dilatih kemudian naik menjadi nafsu lawwamah kemudian naik lagi ke mulhimmah, dan biasanya kalau sudah mencapai mulhimmah biasanya sudah mukasyafah yaitu sudah kebuka mata hatinya, rahasia-rahasia alam gaib bisa kelihatan baginya, mengetahui apa yang didalam hatinya orang lain dan sebagainya,. Dan ini sangat berbahaya, karena apa yang datang dalam hati bisa datang dari Allah, ini diistilahkan dengan keawasan, keawasan dari Allah disebut warid robbani, dari malaikat disebut warid malaki, dari bangsa jin disebut warid jinni, dari bangsa saitan disebuta warid syaitoni, dari nafsu disebut warid nafsi, dan diantara warid-warid tersebut yang datang kedalam hati ini tidak bisa dibedakan, dan yang masih belum melatih nafsu mulhimmah tidak bisa membedakan, maka tidak boleh menggunakan ilmu mukasyafah ini sebelum dicocokan dengan syariahnya, contohnya yang datang dalam hati dicocokan kedalam alquran ada tidak, didalam hadis boleh apa tidak, para jumhur ulama membolehkan tidak? Itulah yang dimaksud kesusahan dalam ibadah disini adalah usaha untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dalam ibadah apa lagi didalam mencari perjalan menuju Allah harus penuh dengan kesusahan yang dilewati.
Kesimpulannya didalam ketinggalan ibadah harus merasakan susah tetapi kesusahan yang sodiq (benar) artinya memberikan motivasi untuk lebih tekun dalam ibadah, yang kedua semangat untuk menutupi kekurangan-kekurangan dalam ibadah, yang ketiga harus ada permohonan untuk diberikan semangat dalam ibadah karena bagaimanapun usaha kita, keniatan kita kalau tidak karena Allah maka tidak akan terjadi karena manusia hanya berusaha, Allah juga yang menentukan.

Friday, April 24, 2009

Kenikmatan Hakiki


Kenikmatan yang hakiki (sebenarnya) adalah kenikmatan yang dihadapkan dengan hal-hal ‘ubudiyah (ibadah), tetapi bagi kita mendapatkan kenikmatan yang sempurna (yang besar) dari Allah yang berhubungan dengan harta benda, jabatan kekuasaan, tetapi sebenarnya itu semua adalah cobaan yang besar dari Allah, salah satu kenikmatan yang hakiki yaitu kenikmatan ta’at kepada Allah, maksud taat yaitu bisa menjalankan perintah-Nya dan bisa menjauhi larangan-Nya. Dan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah harus bermodalkan istiqomah, karena istiqomah adalah satu macam ibadah yang diistiqomahkan lebih bagus dari pada dua ribu karomah, maksud karomah adalah kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya yang berbeda dari adat kebiasaan manusia, seperti melihat alam gaib dan lain sebaginya.
Istiqomah lebih bagus atau lebih utama dari pada karomah karena istiqomah adalah melaksanakan tuntutannya Allah kepada manusia sedang karomah tuntutan nafsu kepada manusia, makanya dalam beribadah janganlah banyak berharap atau berangan-angan untuk mendapatkan kelebihan yang keluar dari adat atau dalam hal-hal kedunawiyan, semuanya adalah tuntutan nafsu kepada manusia itu sendiri. Dan semua ibadah yang bermodalkan istiqomah semuanya akan ada astar (pengruhnya) dari Allah, kalau seandainya manusia itu seorang waliyullah maka akan diberikan karomah sedang kalau sebagai manusia biasa makan akan mendapatkan ma’unah dan kebahagiaan dunia akhirat, kesimpulannya istiqomah pasti mendapatkan karomah sedang karomah belum tentu.
Kembali ke taat bahwasanya maksud taat yaitu bisa melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah secara lahiriyah, seperti menjalankan sholat jama’ah, membaca qur’an, shodaqoh, berdzikir dan meninggalkan maksiat, berzina, mencuri dan lain sebagainya semuanya ini yang dimaksud taat secara lahiriyah. Sedang secara batin yaitu menjaga Allah didalam keinginan menempuh cita-cita tidak menjaga amalnya. Dan orang yang seperti ini orang yang berderajat abrorr, karena abror adalah orang yang banyak melakukan ibadah lahiriyah dan mempunya tujuan (cita-cita) yaitu selamat dari neraka dan masuk syurga. Dan golongan abror disebut ghinnan bihi ‘anha (menjaga Allah tapi tidak menjaga taat) hematnya tidak menjaga amal tapi menjaga pertolongan Allah. Sebagi contoh janganlah kita menjaga sholat (dalam artian bukannya tidak sholat) karena kita ada cacatnya seperti lupa syarat dan rukunnya, ada maksud ria dan lain sebagainya, tetapi yang dimaksud disini menjaga pertolongan Allah, “ya Allah hamba memohon selamat dari siksa neraka, tetapi yang saya jaga adalah rahmat-Mu, hamba tidak menjaga amal hamba karena amal hamba banyak cacatnya, banyak kekurangannya maka yang hamba jaga sifat pengasih dan pemurah-Mu”. “Allhummah inna nasaluka ridloka wal jannah wana’udzubika min sakhotika wannar..” karena semua yang kita lakukan dalam beribadah ini semata-mata bukan karena kekuatan kita sendiri tetapi karena pertolongan Allah, ini semua permohonan dari orang Abrorr.
Yang menyelamatkan manusia dari neraka dan memasukkan manusia ke syurga bukanlah karena amalnya tetapi karena Allah semuanya, sedang amal hanyalah asbab (sebab atau pelantara), dan sebab ini tidak menciptakan tetapi yang menciptakan Allah contoh logikanya rumah tidak kecurian bukanlah karena kunci atau satpam tetapi itu semuanya karena Allah, kuci dan satpam hanya asbab, tetapi banyak juga ada kunci dan penjagaan ketat scurity tetap saja kecurian.
Jadi kenikmatan yang sangat bernilai yang diberikan kepada kita bukanlah harta benda tetapi kenikmatan iman maka dimata Allah nilai dunia tidak semahal sayap nyamuk oleh karena itu tidak salah kalau didunia orang non muslim banyak yang kaya sandang pangan, tetapi orang islam banyak yang kurang sandang pangan, tetapi kenikmatan yang diberikan Allah kepada kaum muslim adalah kenikmatan iman dan islam yang nilainya sangat tinggi dari pada harta yang berwujud didunia ini. Dan barang siapa yang selalu bersyukur akan iman yang diberikan Allah dan menggunakan keimanan tersebuat dengan taat dan semata-mata mencari ridho Allah maka dunia akan ikut dengan sendirinya.

Wednesday, April 22, 2009

Bagaimana Cara Mengetahui Kedudukan Manusia diSisi Allah ?


Orang yang tergolong ‘ammah yaitu bisa dilihat dari tindakan amalnya halal apa haram, ta’at apa maksiat. Dan orang-orang ‘ammah itu bisa diukur dari amalnya, dan mereka bisa memahami bahwa besok hari itu saya celaka apa bahagia, mereka beramal tapi dalam fikirannya apa nanti dihari akhirat saya ini neraka apa syurga? Hal-hal itu bisa diketahui kedudukan kita didunia, kalau seandainya apa-apa didunia ini yang kita lakukan semata-mata hanya mencari keridhoan Allah maka kita akan bisa masuk syurga yaitu mengerjakan apa yang diperintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang Allah. Contohnya didalam hadis diceritakan bahwa “ man kana lahu mallun faltashodaq bimalli waman kana lahu ‘ilmu fatashodaq bi’ilmi, wa man kana lahu quwatun fatashodaq biquwati” kesimpulannya ibadah sesuai dengan kemampuanya dan barang siapa yang melakukan semata-mata hanya mencari kerihoan Allah, ingsyaAllah menjadi ahli sa’adah (bahagia). Dan sebaliknya kalau melakukan hal-hal yang tidak diridhoai Allah maka jelas nanti jadi ahli celaka.
Orang yang tergolong khosoh terbagi menjadi dua muqorrobun (orang yang dekat dengan Allah) dan abror (kedudukannya masih dekat dengan golongan ‘ammah tetapi ibadahnya banyak dan bertujuan kesalamatan dari celaka dan bertujuan masuk syurga) tetapi ibadahnya kebanyakannya ibadah lahiriyah seperti membaca qur’an, sholat berjamaah. Sedang yang muqorubun termasuk mukhibbin (yang suka dengan Allah) dan ‘arifin ( orang ahli ma’rifat) dan kebanyakan ibadahnya tidak kelihatan, kebanyakan ibadah hati seperti ikhlas, tawadu’, qona’ah dan lain sebagainya. Dan orang-orang yang ibadah bertujuan untuk kepentingan dunia termasuk golongan halikin (orang-orang yang rusak) atau gofilin (orang yang lupa dengan Allah).
Sedang orang yang termasuk golongan mukasyafah maka mereka berkat ibadahnya yang tulus akan diberikan kelebihan bias mendengar suara-suara gaib atau penglihatan alam-alam gaib karena sudah dibuka mata batinnya, seperti alam gaib jabarut termasuk alam barjah, alam kubur yaitu alam yang dimana didalamnya penghuninya bisa melihat alam syahadah atau alam dunia umumnya penghuni alam ini alam jin, yang kedua alam gaib malakut yaitu alam arwah-arwah manusia yang telah meninggal, yang termasuk orang-orang sholihin, para malaikat.
Untuk mengetahui derajat kita disisi Allah bisa diketahui dengan melihat pada diri kita, bahwa kedudukan Allah dihati kita, sandainya kedudukan allah didalam hati kita Agung, segala sesuatu yang kita kerjakan semata-mata karena Allah tidak ada yang lain maka ingsya Allah kita termasuk orang-orang yang muqorobun, didalam hadis diceritakan “man qola “Laa ilaaha Ilallah” kholisan minqolbihi wa maddaha bitaqwim gofarallahu lahu arba’ata alafin danbi minal kabair”. barang siapa yang mengucapkan lafad laa ilaaha illallah ihlas didalam hatinya dan membacanya dengan panjang maka diampuni baginya empat ratus ribu dosa-dosa besar. Sebaliknya kalau segala-gala yang kita kerjakan tidak semata-mata karena Allah maka ketahuilah kedudukan kita disisi Allah juga rendah karena kedudukan Allah dihati kita kalah dengan kepentingan-kepentingan dunia, maka kita termasuk golongan orang-orang celaka.
Diceritakan fudail bin ‘iyat RA, berkata “sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat beribadah kepada allah itu hanya menurut kedudukannya disisi Allah atau perasaan imannya terhadap Allah, atau kedudukan Allah didalam hatinya”. Disini bisa mengukur nilai ibadah seseorang apa lemah atau kuat, bisa dilihat dari kedudukan Allah dihati manusia itu sendiri, atau dilihat dari kedudukan iman kita kepada Allah. Juga wahab bin munabih berkata “saya telah membaca kitab-kitab Allah yang terdahulu, ditemukan bacaan “wahai anak adam taatilah perintahKu dan jangan engkau beritahukan kepadaKu apa yang jadi kebutuhanmu, yakni engkau jangan mengajari Aku apakah yang paling baik bagimu sesungguhnya Aku sudah mengetahui kepentingan hambaKu, Aku memuliakan siapa yang patuh pada perintahKu dan menghinakan kepada siapa yang meremehkan perintahKu aku tidak menghiraukan kepentingan hambaKu sehingga hambaKu mau memperhatikan hakKu”. Dari perkataan dua orang sholihin ini kita bias berkesimpulan bahwa segala sesuatu kita harus memperhatikan segala perintah Allah sehingga Allah akan memperhatikan kondisi kita, kebutuhan kita dan harapan kita maka orang-orang sholeh dahulu setiap berdoa “inna khaliy takfika ‘an sualiy” Ya Allah sesungguhnya kondisiku cukup untuk menjadi permohonanku.

Friday, April 17, 2009

SIFAT-SIFAT KHUSUSIAH PARA WALI


Sifat rohman rohim Allah adakalanya dilihatkan dengan cara menutupi sifat-sifat khusus kewaliyaan hambaNya dan adakalanya dilihatkan dengan cara menampakan gejala-gejala sifat khusus kewaliyan hambaNya , Maha suci Allah yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang wali dengan nampaknya sifat-sifat yang umum pada manusia dan telah jelas terlihat kebesaran Allah dengan menunjukan kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahlukNya. waliyullah mempunyai sifat-sifat khusus yang berupa ‘ulum ma’arif asror, ‘ulum adalah mengerti sifat-sifat kerahasian apapun yang diciptakan Allah. Contohnya seorang wali bisa membaca pikiran-pikiran orang lain. Sedang tanda-tanda orang ma’rifat adalah salah satunya orang yang bisa mengungkapkan isi hatinya padahal orang tersebut tidak bicara.

Tetapi sifat-sifat khusus kewaliyan seseorang itu ditutupi oleh Allah dengan sifat-sifat basyariyah yaitu sifat-sifat umumnya manusia, contohnya banyak seorang wali seperti menjadi gelandangan, orang gila, pengemis dan lain-lain ini semuanya karena ditutup oleh Allah sifat-sifat khusus kewaliyannya untuk menyesuaikan kondisi-kondisi yang berlaku manusia dan sifat-sifat yang umum pada manusia. Kalau seorang wali tersebut dilihatkan sifat-sifat kewaliyaannya maka bisa jadi akan disembah-sembah, ditaati dan dipuja-puji. Bahkan ditutupi sifat kewaliyan tersebut dengan kondisi-kondisi manusia seperti bekerja karena bekerja juga suatu hal yang diwajibkan oleh Allah seperti kewajibannya mencari ilmu karena logikanya ibadah tanpa ilmu sia-sia, juga ibadah tanpa modal makan minum dan pakaian untuk nutupi ‘auratnya dia juga sia-sia ibadahnya. Maka banyak seorang wali yang bekerja seperti berdagang, bertani, nelayan dan sebaginya.
Ada juga para auliya yang ditampakan sifat-sifat khusus kewaliyannya tetapi hanya pengaruh-pengaruh dari sifat-sifat khusus tersebut seperti para da’i yang menyebarkan agama islam karena mereka mempunyai misi untuk mengemban amanah berdakwah, contohnya penyebar agama islam diindonesia yaitu wali sembilan. Sebelum nabi adam turun ke bumi diceritakan bahwa yang menempatin bumi ini adalah bangsa jin yang dikelompokin menjadi abal jan dan banul jan dan dari 2 kelompok tersebut bertempur terus tidak pernah bersahabat, kemudian malaikat menanyakan kepada Allah apa akan membuat orang untuk menjadikan kholifah dibumi yang selalu yasfiquddima (pertumpahan darah), akhirnya Allah memerintah yang bernama ‘azajil yang memimpin para malaikat jibril mikail izroil dan malaikat yang lainnya, untuk menaklukan abal jan dan janul jan dibumi ini, kemudian setelah ditaklukan akhirnya Allah menciptakan nabi Adam, diantara ‘azajil, malaikat dan adam diberikan ilmu oleh Allah karena tujuannya untuk menjadikan kholifah dibumi, setelah diuji ternyata yang lulus dari ujian tersebut adalah nabi Adam akhirnya semuanya diperintah Allah untuk sujud penghormatan kepada Adam “fasajaduu illa Iblis”, akhirnya semuanya sujud kecuali ‘azajil (bangsa Iblis) mereka sombong dan membangkang “aba wastakbaro”.
Jadi bumi ini dihuni oleh manusia itu baru sekitar 7000 tahun sedang berjuta-juta tahun sebelumnya yang menghuni mahluk Allah yang lainnya seperti abal jan dan janul jan, ‘azajil dan yang lainnya, sedang bumi tinggal kiamatnya saja kesimpulanya manusia tinggal dibumi sebagai penghuni terakhir. Kemabali tentang para da’i diindonesia diceritakan sumber sejarah para da’i penyebar agam islam sumbernya dari jamaluddin khusein kubro beliau adalah sultoni auliyah, beliau dikubur di maqom baqi’ madinah, nasabnya jamaludien khusein kubro bin abdillah khon bin abdul malik bin ‘ali alwi bin Muhammad bin ubaidillah bin ahmad muhajir bin isa al bashori bin muhammad annaqib bin ‘ali aluraybi bin ja’far shodiq bin Muhammad al-baqir, dan beliau berkeliling berdakwah dipulau jawa ini salah satu sumbernya diblitar ada maqom albaqir dan dimatren dekat laut serta di tuban ada juga maqom albaqir, beliau nasabnya muhamad albaqir bin ‘ali zainal ‘abidin bin khusein bin fatimah binti nabi Muhammad. Kemudian diteruskan oleh wali sembilan, salah satu bukti datangnya penyebar islam sebelum wali sembilan dari sumber khusein alqubro itu seperti siti fatimah binti maemun tahun 334, wali guruh dan lainnya.
Jamaludin alqubro mempunyai anak namanya zaiul barokat yang menurunkan maulana malik ibrohiem dan zainul ‘alim menurunkan syekh syarif hidayatullah cirebon, samar kondi menurunkan sunan Ampel, raden santri, maulana iskhaq. Jadi semuanya para da’i Indonesia bersumber dari jamaludin alkubro dari hadromaut yaman. Dan da’i-da’i tersebut sifat-sifat khususiahnya ditampakkan oleh Allah, yang biasa diceritakan di sejarah wali sembilan yang mempunyai beberapa kelebihan.

Friday, April 3, 2009

Pengalaman Rukhaniah


setiap manusia pasti mengalami pengalamn-pengalaman rukhani yang tidak berhubungan dengan akal pikiran tapi berhubungan dengan hati yang telah diberikan oleh manusia, pengalaman-pengalaman rukhani ini terdiri dari berbagai istilah diantaranya istilah isyaruh, ibaroh, alfana, maqomul jam'i, dan maqom fana dan maqom baqo. orang-orang yang sudah mencapai ma'rifat bukanlah orang yang ketika mendapatkan isyaroh tentang rahasianya Allah, merasa bahwa zat Allah yang haq lebih dekat dengan dirinya daripada isyarohnya, tapi orang yang ma'rifat adalah orang yang tidak punya isyaroh karena dirinya sirna didalam wujudnya dan wujudnya tertutup dengan Allah. didalam syair arab dalam bahsa tasyawuf diterangkan bahwa "pecahlah bulan karena ditunjuk Nabi, dan malam menjadi gelap didalam menolong Nabi" kita ambil penjelasan disini bahwa yang dimaksud isyaroh petunjuknya nabi tapi maknanya menerangkan sesuatu yang belum jelas, sedang ibaroh adalah menerangkan sesuatu yang sudah jelas.

Contoh kecil ada seorang pemuda diminta oleh seorang bapak untuk dijadikan keluarga, dan ini belum jelas dijadikan keluarga bisa dijadikan pembantunya, pekerjanya dan lain-lain yang penting dalam luang lingkup kehidupan keluarga, inilah contoh kecil isyaroh jadi sesuatu yang belum jelas, tetapi ketika seorang bapak itu diminta untuk dijadikan mantunya maka ini sudah jelas dan disebut ibaroh. tetapi penjelsan yang kususnya bahwa isyaroh dalam luang lingkup ilmu laduni, membuka tabir rahasia Allah, hanya orang-orang yang tertentu saja yang mendapatkan dan bisa membuka isyaroh tersebut, dan hubungannya dengan apa yang dirahasiakan hati, perasaan batin hati ini disebut aghwat, dan terbagi menjadi dua perasaan dzautiyah dhohiriyah dan dzautiyah bathiniyah.

perasaan yang dirasakan degan panca indra disebut dzautiyah dhohiriyah sedang perasaan yang dirasakan dengan hati disebut dzautiyah batiniyah dan ahli tasawuf menggunakan perasaan-perasaan ini dengan isyaroh, bagi mereka semuanya 'aurat karena tidak boleh dibicarakan dengan orang lain, alasannya karena rahasia-rahasia Allah itu 'aurat hanya dirasakan oleh dirinya sendiri.

sedang istilah maqom jam'i yaitu istilah lain wihdatul wujud, tapi wujudnya Allah tidak dicampur dengan wujud-wujud yang lain, tetapi orang-orang ahli tasawuf menggunakan istilah setelah mendapatkan pegalaman-pengalamn, jelasnya walaupun Dia (Allah) menyerupai wujud apa saja tetapi tidak tampak (asror), kalau seseorang menggunakan istilah ini dengan ibaroh maka akan dihukum mati contohnya syeikh siti jenar. saking tingginya peresapan dzikirannya sampe dia merasa sudah tidak ada, segala yang ia lakukan baik dalam ibadah ataupun pekerjaan lahiriyah manusia merasa dia sudah tidak ada, bahkan dia tidak tahu apa dia sudah berada dimaqom derajat 'abid atau murid, atau 'arif inilah istilah maqom jam'i atau farqi, maka maqom jam'i ini dinamakan maqom sirna. jadi istilah isyaroh merasa Allah lebih deket daripada isyarohnya atau ketika manusia mendapatkan hal-hal asror kerahasiaan Allah dan dia merasa Allah itu lebih deket daripada isyarohnya maka dia belum disebut ahli ma'rifat, sebab tidak bisa membedakan perkara tiga yaitu pertama orang yang mendapatkan isyaroh pada dirinya yang merasakan asror, yang kedua dzat yang diisyarohkan yaitu Allah yang ketiga perasaan yang dirasakan hal-hal asror tersebut. jadi orang yang ahli ma'rifat itu dia tidak merasakan hal-hal isyaroh tersebut yang dirasakan sirna.

Imam Ghozali mersakan ketakutan yang dalam sehingga dia lari ke hutan karena dikejar-kejar macan sampe tidak merasakan jatuh, ketusuk duri dan sebagainya. itu contoh perasaan yang sudah sirna yang ada hanyalah aman dari kejaran macan. orang yang sudah mendapatkan maqom ma'rifat yang haqiqi yanitu dia sudah mencapai aqom fana karena merasa dirinya sudah tidak ada yang ada didalam hatinya adalah Allah. setelah maqom fana naik ke maqom baqo. diceritakan abu bakar assidiq dengan syaidah siti 'aisyah ketika itu beliau mendapatkan undian bepergian dengan Rosulullah, ketika itu nabi mau berangkat berperang, diceritakan siti 'aisyah mau buang hajat dan ontanya yang dikendarai ditinggal, akhirnya beliau ketinggalan rombongan. ada seorang sahabat namanya sofwan yang ditugaskan untuk meneliti barang-barang yang ketinggalan dan ditemukan siti 'aisyah, kemudian diantar pulang, mereka berjalan berdua dan ditemukan oleh ubay bin salul salah satu pimpinan orang-orang munafik dan menyebarkan berita bohong bahwa siti 'aisyah digosipkan dengan sahabat sofwan tersebut, dan menyebarlah berita tersebut bahkan sahabat 'ali RA mempercayai berita tersebut. sampe nabi muhammad malu keluaran, kemudian turun ayat baro'ah untuk menyelesaikan permaslahan berita bohong tersebut. siti 'aisyah sudah sirna yang ada hanyalah harapan pertolongan dari Allah akhirnya abu bakar meminta siti 'aisyah untuk bersujud syukur. itulah sahabat abu bakar sudah mencapai maqom baqo, melihat Allah dan melihat rosul nampak, tapi maksud nampak bukanlah wujud Allah tetapi diberikan kema'rifatan bahwa Allah akan meberikan pertolongan kepada putrinya.

diceritakan husein mansur alkhalaj mengatakan "ma fil jubah illa Allah" tidak ada didalam jubah kecuali Allah karena beliau merasa sudah sirna tetapi bagi ahli taukhid itu syirik sedang bagi yang ahli maqom fana itu benar, akhirnya beliau dihukum pancung dan ketika dipancung keluar darah bertuliskan la ilaha illa Allah. dan orang yang sudah mencapai maqom fana kalau berbicara ada bisikan sirr Allah lewat lisan-Nya, sekali ngomong ingsyaAllah mustajab. sedang maqom farqi(pisah) disebut juga maqom baqo yaitu seperti kita sebagai orang awwam atau ahlul khijab jadi belum mendapatkan asrornya Allah.

Sunday, March 29, 2009

KIAT PRAKTIS MERUQYAH


I. Muqaddimah
Kebingungan sebagian orang menghadapi penyakit yang tidak dapat diobati secara medis karena itu berasal dari sihir, santet dan sejenisnya memaksa orang untuk berobat kepada orang pintar (baca: dukun). Padahal itu bukanlah jalan keluar dari permasalahan, karena sama artinya sihir dilawan dengan sihir. Sementara Rasulullah melarang kita untuk pergi ke tukang tenung, sihir, dukun dan lainnya.
Sebenarnya, Islam punya solusi untuk itu tanpa harus mengorbankan aqidah. Namun selama ini belum tersosialisasikan secara baik sehingga jarang umat Islam mengetahuinya. Karena tidak mungkin Allah SWT menurunkan penyakit tanpa ada obatnya.


II. Persiapan
a. Bagi yang akan mengobati:

1. Kesiapan ruhiyah/mental dan jasmaniah/fisik untuk melakukan pengobatan, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
• Kondisi ruhiyah dengan meluruskan aqidah, bahwa yang menyembuhkan semata-mata hanya Allah SWT, sedangkan dia hanya sebagai perantara yang memohonkan kesembuhan bagi pasien dengan cara membaca al-Quran.
• Bukan berniat meminta pertolongan kepada jin atau merasa mampu menguasai jin.
• Menyempurnakan ibadah wajib dan menambahnya dengan amalan-amalan sunnah, seperti zikir pagi-petang, banyak membaca al-Quran, shalat tahajjud, shalat dhuha, shalat hajat, puasa sunnah, dll.
• Memperhatikan adab-adab islam, seperti selalu menjaga wudhu, melakukan sunanul fitrah: memotong kuku, memotong bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak. Juga memperhatikan adab makan, adab minum, adab tidur, adab keluar masuk WC dll.
• Menjauhi kemaksiatan.

2. Mempunyai ilmu tentang meruqyah.
3. Mampu membaca al-Quran dengan tajwid yang benar.
4. Sebaiknya sudah menikah, terutama bagi yang akan meruqyah perempuan.
5. Bagi yang akan meruqyah perempuan, harus didampingi oleh mahramnya.
6. Yakin bahwa dia sendiri terbebas dari kemasukan jin.

b. Bagi pasien ( yang akan diruqyah)

1. Sama dengan persiapan orang yang akan mengobati.
2. Bersedia untuk tidak berobat kepada dukun atau yang sejenisnya.
3. Bersedia untuk membuang semua jimat yang pernah dipakai.
4. Bertaubat atas seluruh kesalahan yang telah lalu, terutama yang sudah terlanjur belajar sihir dan sejenisnya.
5. Siap bersabar melakukan pengobatan dan terapi betapapun lamanya.
6. Memahamkan kepada keluarga pasien supaya tidak terpancing emosi terhadap apa yang diungkapkan oleh jin melalui pasien ketika diruqyah.

c. Persediaan Tempat dan Alat-alat:

1. Tempat harus bersih dari segala gambar dan patung.
2. Tempat harus bersih dari kotoran dan berudara segar.
3. Sarung tangan bagi yang akan meruqyah perempuan.
4. Menyediakan obat-obat yang mungkin bisa dipakai, seperti air putih, mad'u, minyak habbah al barakah (habbah as sauda`), minyak zaitun dll.

III. Cara Meruqyah

1. Memberi minum pasien dengan air yang sudah diruqyah.
2. Posisi pasien boleh berdiri, duduk atau berbaring sambil menghadap kiblat. Bagi pasien perempuan sebaiknya duduk atau berdiri dan bagi laki-laki atau pasien yang sakitnya terlalu serius sebaiknya dibaringkan dengan kaki mengarah ke kiblat.
3. Sebaiknya mengunci dulu jalan jin supaya tidak bersembunyi ketika diruqyah dengan membaca ayat-ayat berikut sambil melingkarkan tangan serta menggerak-gerakkannya dipergelangan tangan dan kaki pasien.

• Surat Al Baqarah : 148, dibaca 3 X

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
• Surat An Nisaa` : 78
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
• Surat At Taubah : 129
حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
• Surat Al Mu`minuun : 115
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
• Surat Yaasiin : 9, dibaca 3 X
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

4. Meletakkan tangan kanan di dahi pasien, kemudian mulai membaca ayat-ayat berikut:

• Surat Al Fatihah 1 s/d 7, dibaca 7 X
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ * الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ * مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ * إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ * اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
)Al Faatihah(

الم * ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ * وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ * أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(Al Baqarah : 1 s/d 5)

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
(Al Baqarah : 102)

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ * إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
(Al Baqarah : 163 s/d 164)

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ * لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ * اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(Al Baqarah : 255 s/d 257)

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ * لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
)Al Baqarah : 284 s/d 286(

الم * اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ * نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ * مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ * إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ * هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ * هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ * رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ * رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
)Ali ‘Imran : 1 s/d 9(

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ * إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
)Ali ‘Imran : 18 s/d 19)

فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ * قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ

مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(Ali ‘Imran : 25 s/d 27)

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ * فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
(Ali ‘Imran : 173 s/d 174)

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ * رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ * رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ * رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
(Ali ‘Imran : 189 s/d 194)

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
)Al An’aam : 17 s/d 18)

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ * ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ * وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
)Al A’raaf : 54 s/d 56(

وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ * فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ * وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِين * قَالُوا ءَامَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ * رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ
)Al A’raaf : 117 s/d 122(

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ * فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ * فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ *

وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
)Yunus : 79 s/d 82(

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا * وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا
(Al Israa’ : 110 s/d 111(

قَالُوا يَامُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى * قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى * فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى * قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَى * وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى * فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا ءَامَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى
)Thaaha : 65 s/d 70(

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ * فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ * وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ * وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
(Al-Mu'minun : 115 s/d 118)

يس * وَالْقُرْءَانِ الْحَكِيمِ * إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ * عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ * تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ * لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ ءَابَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ * َقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ * إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُون * وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
)Yaasiin : 1 s/d 9(

وَالصَّافَّاتِ صَفًّا * فَالزَّاجِرَاتِ زَجْرًا * فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرًا * إِنَّ إِلَهَكُمْ لَوَاحِدٌ * رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ الْمَشَارِقِ * إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ * وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ * لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ * دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ * إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ
(Ash Shaaffat : 1 s/d 10)

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ * قَالُوا يَاقَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ * َاقَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَءَامِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ * وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
)Al Ahqaaf : 29 s/d 32(

يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ * فَبِأَيِّ ءَالَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
(Ar Rahman : 33 s/d 34)

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ * هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَاأُولِي الْأَبْصَارِ * وَلَوْلَا أَنْ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَلَاءَ لَعَذَّبَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابُ النَّارِ * ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَمَنْ يُشَاقِّ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
)Al Hasyr : 1 s/d 4(

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ * هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ * هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ * هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
)Al Hasyr : 21 s/d 24)

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا * يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا * وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا * وَأَنَّهُ كَانَ يَقُولُ سَفِيهُنَا عَلَى اللَّهِ شَطَطًا * وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ تَقُولَ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا * وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا * وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا * وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا * وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا * وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
)Al Jin : 1 s/d )

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى * الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى * وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى * وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى * فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى * سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى * إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى * وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى * فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى * سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى * وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى * الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى * ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَا * قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى * وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى * بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى * إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى * صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
)Al A’laa : 1 s/d 18(

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا * وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا * وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا * يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا * بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا * يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ * فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
(Az Zalzalah : 1 s/d 8)

قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ * لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ * وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ * وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
)Al kaafiruun : 1 s/d 6)

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ * وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا * فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
)An Nashr : 1 s/d 3)

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ * اللَّهُ الصَّمَدُ * لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ * وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
(Al Ikhlash : 1 s/d 4 )

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ * مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ * وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ * وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ * وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
)Al Falaq : 1 s/d 5)

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ * مَلِكِ النَّاسِ * إِلَهِ النَّاسِ * مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ * الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ * مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
)An Naas : 1 s/d 6)


5. Kalau terjadi sira' (kesurupan) sebelum selesai membaca ayat-ayat ruqyah dengan ciri-ciri pasien menyerocos, kejang yang tidak terkendali, mengeluarkan suara berdesis, mempermainkan mulut dan mata, maka yang mengobati sebaiknya tidak memperdulikan itu semua sampai selesai membaca semua ayat-ayat ruqyah.
6. Setelah selesai membaca semua ayat ruqyah, baru dimulai dialog dengan jin dan membujuknya untuk keluar melalui ibu jari kaki atau mulut atau telinga atau hidung dan jangan sampai keluar melalui mata atau kerongkongan karena bisa menyakiti pasien
7. Mengislamkan dan mengambil sumpah jin sebelum keluar dan mengazankannya di telinga kanan serta iqamat di telinga kiri kemudian mengajarkan bacaan berikut

عاهدت الله تعالي أن أخرج من هذا الجسد, ولا أعود اليه مرة أخري, ولا الي أحد
من المسلمين, وان نكثت في عهدي فعليّ لعنة الله و الملآئكة والناس أجمعين,
اللهم ان كنت صادقا فسهل عليّ خروجي, وان كنت كاذبا فمكّن المؤمنين مني,
والله علي ما اقول شهيد.

IV. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika dialog serta cara mengatasinya

a. Kadang-kadang jin tersebut tidak mau bicara, adakalanya karena takut dan sombong atau karena perintah dari tukang sihir, maka peruqyah membacakan ayat sembilan yaitu:

• وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
• قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
• وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
• وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
• إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
• وَمَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا ءَاذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
• وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
• مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
• وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ
مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُون

Dan ditambah dua ayat berikut :

• وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
• يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

Kemudian tekan bawah alis atau ibu jari kanan/ kiri pasien. Maka Insya Allah ia akan bicara.
b. Kebanyakan jin kesulitan untuk keluar dari tubuh pasien yang disebabkan karena terikat di tubuh pasien atau takut untuk keluar karena diancam tukang sihir. Maka bagi peruqyah sebaiknya memisahkan antara jin dan tukang sihir dengan membaca ayat-ayat berikut :
• هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ (تكرر كثيرا)
• فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
• إِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ


kemudian mengoleskan minyak habbah al barakah yang sudah diruqyah dengan ayat di atas pada tubuh yang dirasa sakit oleh pasien, atau juga bisa dengan meminyaki seluruh tubuhnya
c. Apabila jin membandel untuk keluar, bisa dipaksa dengan memukul tubuh pasien dengan pukulan yang tidak menyakiti.
d. Apabila di tengah-tengah dialog jinnya lari atau bersembunyi, peruqyah bisa membaca ayat berikut untuk memaksa jin untuk muncul kembali.

• أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
• إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُون
• وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
• وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ
• إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
• أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِين

e. Apabila pasien mengeluarkan keringat atau merasa ada cairan yang keluar dari sekujur tubuhnya berarti ada jin yang terbakar di tubuhnya
f. Jika ingin mengetahui apakah jin menjadi pembantu tukang sihir atau masuk dengan sendirinya bacakan ayat ini :

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

Bila jinnya menangis atau merintih berarti ia pembantu tukang sihir.
g. Cara mengetahui agama jin
Apabila ingin mengetahui agama jin tanpa bertanya, bacakan ayat ini :

• إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
• مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
• وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
• يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
• لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلَا الْمَلَائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا

• لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
• لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
• مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
• وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُون

apabila ia merintih dan menangis berarti ia muslim, tapi bila diam saja atau marah berarti ia bukan muslim
h. Apabila jinnya ternyata bukan muslim kemudian mau diislamkan, maka cara membuktikan keislamannya dengan membacakan ayat :

• يَاقَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَءَامِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
• أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Bila kelihatan ia menangis, berarti jinnya betul-betul sudah Islam.
i. Apabila ditengah-tengah meruqyah pasien dibikin tidur oleh jin, maka bisa diatasi dengan membacakan ayat berikut:

إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْأَقْدَامَ * إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ *

j. Apabila waktu dialog jin sudah bersedia keluar dari tubuh pasien, maka peruqyah harus mengajak jin mengulangi syahadatnya, kemudian mengajarinya istigfar dan taubat serta mengambil sumpah. Selanjutnya menyuruh jin untuk keluar dari ibu jari kaki sesudah mengucapkan salam terlebih dahulu. Saat itu kelihatan kaki pasien mengejang seperti ada yang menarik. Bagi peruqyah, untuk memudahkan jin untuk keluar bisa diiringi dengan azan ditelinga kanan dan iqamat di telinga kiri.

Untuk membuktikan apakah jin betul-betul sudah keluar atau belum, bacakan ayat-ayat untuk memanggil jin dengan cepat. Kalau jinnya belum keluar, dia akan terpaksa muncul lagi, tapi bila dia betul-betul sudah keluar pasien akan kembali seperti semula.
Cara ini juga bisa memaksa jin yang lain untuk muncul andaikata jin yang berada di tubuh pasien lebih dari satu.


V. Yang perlu diperhatikan ketika meruqyah

1. Memelihara adab islami, terutama bagi yang meruqyah perempuan.
2. Dialog dengan jin seperlunya saja.
3. Jangan sesekali mengikuti perintah jin sekalipun itu baik, kecuali bila dia menunjukkan sarana untuk masuknya ke tubuh pasien berupa jimat dll.
4. Kalau dibutuhkan memukul tubuh pasien untuk mengeluarkan jin, jangan sampai menyakitinya, karena jin sudah kesakitan dengan pukulan ringan.
5. Hindari segala hal yang tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah dalam pengobatan.

VI. Cara mengakhiri ruqyah

1. Ruqyah berakhir dengan keluarnya jin dari tubuh pasien.
2. Kalau jin tidak juga mau keluar sementara kondisi pasien dan peruqyah sudah letih, maka ruqyah bisa diakhiri dengan menghentikan bacaan dan berusaha menyadarkan pasien dengan memanggil namanya.
3. Sebaiknya setelah ruqyah berakhir, Pasien diberi minum lagi dengan air yang sudah diruqyah, kalau bisa dicampur minyak habbah al barakah.


VII. Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama pengobatan

1. Selalu shalat berjamaah di Masjid.
2. Tidak mendengarkan musik dan lagu, termasuk juga nasyid.
3. Berusaha untuk selalu berada dalam keadaan berwudhu terutama sebelum tidur.
4. Membaca do'a setiap memulai suatu pekerjaan.
5. Merutinkan adzkar pagi-petang.
6. Usahakan mengisi waktu lowong dengan bacaan al Quran dan zikir.
7. Mandi dengan air yang sudah diruqyah.
8. Berteman dengan orang shaleh.

VIII. Penutup

Sebenarnya meruqyah tidak mempunyai aturan yang baku, tapi bisa berjalan sesuai kondisi. Ibarat seorang dokter memberikan obat kepada pasien, apabila obat dan dosisnya tepat, maka penyakitnya –Insya Allah- akan cepat sembuh. Demikian juga halnya dengan meruqyah, apabila peruqyah dapat mengetahui jenis jin yang bersarang di tubuh pasien kemudian juga tahu ayat-ayat al Quran yang tepat untuk melawannya, maka jin akan lebih cepat bisa keluar. Semakin banyak khibrah seorang peruqyah, semakin mudah dia mengobati pasiennya.
Terakhir, banyak sekali hal-hal yang memancing syetan untuk masuk ke tubuh kita. Semoga Allah SWT menjaga kita dari itu semua. Selamat beramal.




المراجع:
1. القران الكريم
2. وقاية الإنسان من الجن والشيطان, تأليف : وحيد عبدالسلام بالى
3. الصارم البتار فى التصدي للسحرة الأشرار, تأليف: وحيدعبدالسلام بالى
4. مشروعية التداوى بالقران, تأليف : سعد يوسف أبوعزيز
5. بدع المعالجين بالقرأن وكيف تعالج نفسك دون معالج, تأليف: سعد يوسف أبوعزيز
6. البيان فى مداخل الشيطان, تأليف : عبد الحميد البلالى

HAKIKAT ANUGRAH ALLAH


Anugrah yang terbesar oleh Allah menurut kaca mata manusia awwam apabila diberikan kedudukan yang tinggi oleh Allah didunia, tetapi sebenarnya anugrah yang haqiqi oleh Allah yaitu, pertama manusia itu lahiriyahnya bisa menjalankan perintahnya Allah kedua batinnya bisa berpasrah diri sepenuhnya kepada Allah. Maksudnya setiap melakukan perintah Allah dengan ikhlas semata-mata mencari keridlohan Allah, dan diberikan Allah dari segala ujian bisa bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Jadi kedudukan yang tinggi bukanlah sebuah anugrah yang haqiqi tetapi sebenarnya itu adalah ujian dari Allah apakah dia bisa mengemban amanah dengan jujur atau tidaknya. Nabi bersabda “Setiap orang yang memimpin sepuluh orang, pasti besok dihari kiamat tangannya dibelenggu, kalau memang dia adil dan jujur maka belenggu itu akan lepas sendiri tetapi kalau sebaliknya tidak jujur dan tidak adil maka siksaan yang pedih”. Rosulullah bersabda “Manusia yang paling dekat tempat duduknya disamping aku adalah imam yang adil (pemimpin yang adil)”.
Semuanya hal yang akan sirna pasti akan diakhiri dengan penyesalan maka orang yang bijaksana akan mengejar sesuatu yang kekal dan abadi yang tidak akan sirna dan hilang dan tidak ada penyesalan diakhirnya yaitu Allah, jadi mencari derajat disisi Allah dengan ibadah yang tulus dan berpasrah diri sepenuhnya kepada Allah. Semuanya anugrah menurut kaca mata manusia awwam seperti kedudukan, kekayaan, dan lain sebagainya semuanya akan sirna. Tetapi melakukan ibadah jangan berharap dengan tujuan-tujuan yang diminta kepada Allah karena akan hilang rasa keikhlasannya karena ada harapan imbalan tujuan yang dicapai seperti agar masuk syurga dan diberikan kenikmatan Allah kelak itu semuanya dicapai dengan keikhlasan semata-mata mencari keridhoahan Allah, maka kita akan mendapatkan derajat mukhlis setelah derajat ‘abid (melakukan ibadah kepada Allah) zikirannya la ilaha illah dalam hatinya juga la ilaha illah. Sedang orang mukhlis dzikirannya la ilaha illah sedang dalam hatinya la maksuda illallah.
Dan orang yang telah mencapai derajat mukhlis juga akan diuji oleh Allah seperti diberikan keistimewaan seperti thoyyil ardhi apakah dia akan muncul sifat sombong merasa dia sudah yang paling tertinggi diantara mausia yang lain atau tidaknya, tapi kalau dia bisa lepas dari ujian tersebut maka akan naik derajat menjadi mukhib yaitu orang yang mencintai Allah dengan sangat dalam, dzikirannya la ilaha illah dalam hatinya la makhabbah illallah.
Dalam kitab hiddatul atqiyah pada awalnya dalam ibadah kita harus banyak riyadhoh melatih diri dengan riyadhoti nafsi dan mujahadati nafsi yaitu merangi nafsu dengan sifat-sifat yang terpuji dan membuang nafsu dari sifat-sifat yang tercela. Setelah itu kita akan naik derajat menjadi ‘arif, diceritakan orang-orang sholikhin kumpul dikhijir ismail, mendiskusikan masalah makhabbah, dan orang-orang solekh yang sepuh meberikan pendapatnya kurang lengkap, kemudian ada satu anak kecil dari bagdad beliau nanti namanya syekh junaidi albagdadi berpendapat “orang yang mencintai Allah tanda-tanda pertama dia telah pergi menuju Allah meninggalkan nafsunya yang ke dua sambung menyambung dzikir kepada Allah yang ketiga melaksanakan memenuhi hak-haknya Allah yang keempat selalu melihat Allah dihatinya, yang kelima terbakar hatinya oleh Api cinta kepada Allah yang keenam kalau dia bicara adalah dengan pertolongan Allah yang ketujuh kalau dia bicara maka apa yang dibicarakan itu dari Allah jadi semua kata-katanya penuh hikmah yang kedelapan kalau dia bergerak karena melaksanakan perintah Allah” akhirnya semua orang-orang sholeh yang sepuh pada kagum dengan anak kecil yang tidak lain namanya syadatu sufiyah shulton syekh junaidi albagdadi.
Setelah naik derajat ‘arif akan merasakan badan tidak berwujud tidak ada makhluk lain yang ada Allah, dan dzikiranya la ilaha illah dan dalam hatinya hatinya la maujuda illa Allah. Itulah jalan untuk mencapai anugrah Allah yang haqiqi, yaitu derajat kedudukan yang kekal disisi allah bukan kedudukan dalam kaca mata manusia awwam yang semua itu akan sirna hilang dan musnah. Semoga Allah merahmati kita semuanya amin.

Friday, March 13, 2009

CAHAYA DZIKIR


Untuk membedakan aslinya hikmah dengan syarah, datangnya karunia bantuan Allah itu menurut persiapan dan terbitnya nur cahaya illahi lewat jernihnya hati. Meneruskan pembahasan wirid dengan warid, yaitu wirid segala amal-amal sholeh yang dikerjakan secara terus menerus sedang warid nur ilahi yg datang kedalam hati, dan datangnya amdat (warid) tergantung dikerjakannya wirid kalau persiapanya wirid maksimal maka datangnya warid juga maksimal dan sebaliknya. Persiapan ada 3 macam, kaifan, kamman, daiman. Kaifan caranya persiapan mengadakan imdat (bantuan Allah) atau cara menggunakan hati yang bersih kosong dari aghyar (barang-barang selain Allah) maka akan mendapatkan warid yang sempurna tapi kalau hati ini kotor dikotori dengan aghyar (barang-barang selain Allah) jadi warid (kema’rifatan atau rahasia-rahasia yang masuk kedalam hati) itu akan kurang. Jernih atau keruhnya hati itu tergantung hati itu dipengaruhi aghyar atau tidak. Semua wirid atau amal sholeh semuanya mengandung cahaya illahi (nur). Dan nur itu terbitnya ketika amal sholeh itu dikerjakan secara ikhlas.
Kalau hatinya dipengaruhi aghyar maka nur tersebut tidak bisa masuk, tapi kalau hatinya kosong dari pengaruh aghyar maka nur tersebut bisa masuk kedalam sirri hati disebut bassirotul sirri maka akan diberikan karomah dan mampu melihat hal-hal gaib, bisa melihat alam jabarut (alam jin) malakut (alam malaikat dan orang-orang sholeh) lahut ( alam ilahiyat). Tapi kalau punya tujuan punya karomah bisa terbang bisa jalan diatas air itu semua aghyar (selain Allah) maka jangan sekali-kali punya tujuan karomah tersebut. Tapi kalo nur baca sholawat, nur sholat nur baca qur’an dan lain-lain berbondong-bondong masuk hanya dua pertiga didalam hati disebut bassirotul fu’ad karena sepertiga yang paling dalam yaitu sirri sudah terisi aghyar maka hanya bisa melihat alam gaib jabarut dan malakut. Dan kalau masuk sepertiga dari depan pintu hati disebut bassirotul qolbi dan hanya mampu melihat alam gaib jabarut.
Alam gaib ada tiga jabarut, malakut, lahut. Sedang alam syahada alam nyata namanya alam nashut. Kalau hati sudah disibukan dengan hal-hal dunia walaupun dimulut sering membaca wirid, baca al-qur’an dan amal-amal sholeh lainnya, maka tetap nur cahaya illahi tidak bisa masuk. Jadi walaupun kita dihadapkan dengan kesibukan-kesibukan dunia tetapi kalau hatinya senantiasa ingat Allah dan selalu membaca wirid maka nur illahi masuk dan hasil pekerjaan pun barokah, warid pun senantiasa masuk dalam hati dengan sempurna.
Syeikh juneid al bagdadi kalau mau buka toko beliau mengerjakan sholat 400 rakaat, maka itu disebut kamman, maksud kamman yaitu persiapan bilangannya banyak, begitu juga amal shodaqoh kalau banyak dan ikhlas maka disebut kammannya sempurna, dan warid yang akan datang juga besar. Contoh lain sohabat abu bakar kalau menghatamin qur’an hanya dengan sholat 2 raka’at. Makanya tidaklah heran ketika massanya syekh hattim al ashom, syeikh juneid, tidak ada tabir antara beliau dengan para malaikat. Setiap pagi syekh hattim didatangi iblis, beliau ditanya “ma akalta?” apa yang kamu makan? Jawab almaut dan “ma talbasu” pakaian apa yang kamu pakai? jawab “al-kaffan” “aina taskunu” Dimana kamu tinggal? jawab “alqubru” sehingga iblis tidak bisa menggoda para auliyaallah karena beliau sudah diberikan kema’rifatan.
Persiapan untuk menerima amdat yaitu membaca wirid yang banyak persiapan hatinya bersih dan kosong dari aghyar disebut kaifan, membaca wiridnya banyak disebut kamman, membacanya rutin dan trus menerus disebut daiman, jadi langgengnya mendapatkan warid tergantung pada langgengnya membaca wirid. Orang dahulu aghyar sedikit aja memerlukan membaca istigfar yang banyak, memerlukan minta tolong kepada orang yang dekat dengan Allah untuk meminta ampunan pada Allah, nabi khidir nama aslinya balya bin malkan, beliau sukanya di air, dan jumhur ulama menyatakan bahwa beliau masih hidup sedang nabi yang masih hidup sampe sekarang yang ke dua yaitu nabi ilyas dan beliau sukanya didarat, hutan dan padang pasar. Suatu saat nabi khidir kedatangan pengemis kemudina berkata “saya meminta sesuatu dari kamu dengan bersumpah atas nama Allah ta’ala” nabi khidir dengar permintaan tersebut langsung lemas karena beliau disumpah dengan nama Allah dan beliau juga tidak mempunyai apa-apa kecuali baju yang terpasang dibadannya, nabi khidir berkata “aku tidak punya apa-apa kecuali pakaian yang nempel dibadan, jadi silahkan jual aku nanti kalau sudah dapat uang, silahkan gunakan atau manfaatkan uang hasil jual tersebut.” Akhirnya nabi khidir dituntun ke pasar, dan ditawar-tawarin seperti budak, kemudian dibeli oleh seseorang yang bernama sakhin bin arqom, kemudian diajak kerumah sang pembeli tersebut, dan langsung diberikan pekerjaan. Yaitu diperintah untuk mengurug tanah dibelakang rumahnya yang luas, dan diminta tanah yang untuk diurug diambil dari gunung yang deket dari rumah tersebut, kemudian disediain peralatan seperti cangkul dan lain-lain, setelah itu simajikan khidir pergi. Selang waktu ketika sakhin bin arqom datang dengan mengantarkan makanan untuk nabi khidir, dia kaget melihat tanah dibelakang rumah sudah rapih dan gunung juga sudah tidak ada, dia masuk ke kamar nabi khidir ditemukan beliau sedang sholat, kemudian setelah sholat nabi khidir ditanya, “sebenernya kamu itu siapa?” jawab nabi khidir “ana ‘Abdullah wa ‘abduka (saya hamba Allah dan budakmu)” majikanpun berkata lagi, “tolong jelasin setatusmu dengan nama Allah” jawab nabi khidir karena harus bersumpah dia pun jujur “ ana alkhidir alaihi salam” akhirnya sakhin bin arqom gemetar, kemudian dia berdoa, “ya Allah astagfirullahal’adhim, ampuni hamba karena hampa tidak tahu kalau dia adalah nabiMu” kemudian nabi khidir dimerdekakan, setelah itu nabi khidir sujud syukur dan berdoa “ bikhaqika sirtu rodiqon wabikhaqika sirtu 'aqiqon” (ya Allah dengan hakMu aku menjadi budak dan dengan hakMu aku dierdekakan) kemudian nabi khidir pamit pulang. Itulah karomah yang diberikan kepada nabi khidir toyyil waqtu, dengan waktu singkat bisa memindahkan tanah gunung kebelakang rumah sakhin bin arqom. Kemudian nabi khidir pulang ke rumahnya ditepi laut, sesampainya dirumah ada seseorang yang berdiri diatas air dan berdoa “ya Allah tolong selamatkan nabi khidir yang jadi budak dan terimalah tobatnya” seorang nabi khidir masih dimintai tobat kepada Allah punya dosa atau kesalahan apa? Jadi ceritanya nabi khidir kalau malam beliau dilaut sedang kalau siang dia turun kedaratan padang pasir dan sholat dibawah pohon kemudian ditegur Allah “wahai khidir kamu kalau sholat (sujud) memilih dunia mengalahkan akhirat, Aku tidak ridho kalau kamu senang dunia” padahal nabi khidir tidak punya rumah tidak punya apa-apa, tapi hanya karena senang sholat dibawah pohon dengan menikmati semilir angin yang terkena pohon tersebut sambil berteduh dari panasnya matahari ditengah-tengah padang pasir hanya karena itu ditegur Allah, karena nabi khidir senang maka disebut aghyar (barang-barang selain Allah) makanya orang yang berdiri diatas air tersebut mendoakan nabi khidir untuk diterima tobatnya, kemudian ditanya kepada nabi khidir, “kamu itu siapa?” dijawab saya “syakdun”. Itulah diatas langit masih ada langit lagi, jadi syakdun masih diatas nabi khidir. Tapi belum ada riwayat yang jelas tentang syakdun tersebut.

“Robbi farfa’na bibarqatihim, wa minal khusna bikhurmatihim, wa amitna fi toriqotihim, wa mu’afati minal fithani”.

Thursday, March 12, 2009

Makna Sebuah Permohonan


"Janganlah kamu menuntut Tuhanmu karena belum diterimanya permintaanmu tetapi tuntutlah diri kamu sendiri karena kurangnya tatakrama dalam berdo'a" permintaan seorang hamba itu bentuknya ada yang batin contohnya permohonan ilmu, rahasia keTuhanan (al asrorr ilahiyah) seperti terjadinya bencana alam, permohonan kema'rifatan (alma'arif) seperti permintaan tobat. bentuk yang kedua permohonan dzahir contohnya permohonan rezeqi (al mal), tujuan dunia seperti mencari kedudukan (ar jah), usaha (al kasbu).


Adapun permohonan itu harus disertai dengan tatakrama (ma'a khusnil adabi) dan ada pula permohonan kepada Allah yang tidak disertai tatakrama ( ma'a su'il adabi).
Cara-cara doa ma'a khusnil adabi yaitu
1. berdoa dengan diniati ibadah, jadi tidak untuk memperoleh tujuan, jadi berdoa hanya semata-mata ibadah, untuk melaksanakan perintah Allah "ud'uni astajib lakum".
2. dibabul ijabah, ditrima tidaknya atau lambat atau cepetnya ditrima oleh Allah kita serahkan sepenuhnya kepada Allah tidak boleh menuntut, karena Allah mempunya sifat "yaf'alu ma yasya'" berbuat apa yang dikehendaki dan "yahkumu ma yurid" dan menetapkan apa yang dikehendaki dan "la yusalu 'amma yaf'alu" tidak bisa dituntut tentang apa yang Ia buat.
3. apabila seorang hamba sudah bisa melaksanakan adab berdoa secara sempurna "kamalil adab" maka dia akan mendapatkan puncak yang tujuannya, disebut istiqomah. Karena yang dituntut Allah kepada hamba istiqomah sedang yang dituntut hamba kepada Allah yaitu karomah.
Bentuk-bentuk do'a ma'a suil adabi yaitu :
1. Menuntut harus diijabahi (ditrima), menunjukan do'anya bukan semata-mata ibadah tetapi karena kepentingan pribadi.
2. menuntut agar doanya cepet-cepet diijabahi (sur'atul ijabah) tidak adanya kesabaran.
3. mempunyai I'tikad keyakinan bahwa Allah tidak menerima do'anya.

Jadi kita sebagai hamba harus bertawakal berpasrah diri karena diterima apa tidaknya atau terlambat atau cepatnya doa ditrima itu semuanya hak Allah jadi janganlah kita menuntut apapun kepada Allah. Diriwayatkan bahwasannya Nabi Muhammad ketika beliau memohon kepada Allah tentang letak qiblat dipindah dari baitul maqdis ke baitul harom, karena suatu saat pernah rosulullah berdialog dengan orang yahudi dan beliau tidak mau kalau nanti kiblatnya orang islam (umatnya) sama dengan orang yahudi dibaitul maqdis. Beliau berdo'a selama 480 hari, dan beliau tidak ada rasa putus asa untuk tetap memohon kepada Allah menunggu ditrima oleh Allah do'anya,

Itulah perjalanan seorang hamba dalam sebuah permohonan semuanya harus diserahkan kepada Allah (tawakal 'ala Allah) baik diterima tidaknya atau cepat terlambatnya doa kita, waktu dan tempat ijabah Allah. Yang terpenting kita harus menyakini bahwa Allah pasti menerima setiap permohonan hamba-hambanya "ud'uni astajiblakum".

Sunday, March 8, 2009

ANTARA HARAPAN DAN KEBIMBANGAN


Konsep Raja' dikaitkan dengan harapan manusia akan kurniaan Allah sama ada di dunia mahupun akhirat. Sangkaan baik bahawa Allah akan memasukkan mereka ke dalam syurga kerana Allah bersifat dengan Maha Pengasih dan Maha Pengampun.

Konsep Khauf pula dikaitkan dengan perasaan takut dan bimbang akan azab Allah dan malapetaka yang diturunkan sama ada di dunia lebih-lebih lagi di akhirat.

Manusia tidak dapat dipisahkan dari 2 keadaan ini sama ada raja' atau khauf. Ada yang terlalu berharap (sangka baik) terhadap kurnia Allah sehingga mereka lupa untuk beribadat kepada Allah. Mereka lalai dan relaks dari tanggungjawab sebagai hamba Allah namun masih menaruh harapan tinggi Allah akan mengampunkannya. Mereka lupa bahawa azab Allah amat pedih.

Satu golongan lagi terlalu takut terhadap azab Allah sehingga sebahagian besar masanya beribadat tanpa ada ruang untuk hal-hal selain dari urusan akhirat. Mereka lupa untuk menguruskan keduniaan mereka.

Kedua-dua golongan ini extreme sama ada ke arah keduniaan dan keakhiratan mutlak. Golongan pertama condong ke arah dunia dan lupakan akhirat sementara kedua condong ke akhirat dan lupakan dunia.

Dalam memperkatakan kedua-dua keadaan ini, kedudukan kita hendaklah antara khauf dan raja' tidak terlalu khauf dan tidak terlalu raja'. Adalah lebih selamat dalam menjalani hidup di dunia ini, kita lebihkan perasaan khauf - takut kepada Allah. Dengan ada perasaan ini kita sentiasa takut melakukan maksiat dan rajin membuat ibadat. Hidup kita akan lebih selamat. Meskipun begitu jangan terlalu takut sehingga terabaikan tanggungjawab di dunia.

Bila masanya kita perlukan perasaan raja' (harapan)? Jika khauf semasa menjalani hidup dunia, raja' pula kita gunakan semasa di ambang kematian. Di saat-saat menghadapi mati, kita hendaklah penuhkan dengan harapan 100% supaya Allah mengampuni kita. Kita menyangka baik Allah akan memasukkan kita ke dalam syurga. Ketika inilah kita yakinkan kepada diri kita Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Lemahlembut. Allah menurut apa yang kita sangkakan. Jika kita sangka baik terhadap Allah, Allah akan mengikut menurut sangkaan kita.

Menyorot kehidupan sekarang, seolah-olah manusia sudah hilang perasaan khauf. Kebanyakannya lalai dari menunaikan tanggungjawab. Namun pada masa yang sama mengharapkan keampunan Allah. Harapan begini hanya angan-angan kosong tak ubah seperti angan-angan semu.

Oleh itu sama-samalah nasihat-menasihati antara satu sama lain supaya kita tidak terdorong kepada perilaku yang terlalu raja'. Sebaliknya tanamkan perasaan khauf dalam diri kita supaya di akhir nafas kita nanti Allah permudahkan untuk kita menaruh perasaan rajak. Semoga kita semua akan selamat di satu alam yang kekal dan abadi di dalam syurga yang penuh kemanisan dan kenikmatan.

Thursday, February 12, 2009

Kepasrahan


Seseorang yang lalai dalam tauhidnya bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut taqdir Allah, maka jika pagi hari dia bangun, memikirkan apakah yang harus dikerjaan? sedang orang yang sempurna akal dan taukhidnya dia akan memikirkan apakah yang akan ditaqdirkan oleh Allah baginya hari itu. Tauhid ada beberapa macam yaitu tauhid dzati adalah meyakinkan bahwa dzat Allah itu hanya satu, artinya dzat Allah itu tidak tersusun dari bagian-bagian dan tidak ada dzat lain seperti dzat Allah. tauhid sifati yaitu meyakinkan bahwa sifat Allah hanya satu, artinya Allah itu tidak mempunya dua sifat yang sama nama dan maknanya dan tidak ada sifat dzat lain yang seperti sifat Allah, padahal Allah mempunyai sifat wajib dan mukhal 20 maksudnya bahwa Allah tidak mempunyai dua sifat yang sama nama dan maknanya misalnya wujud 2, qodrat 2 dan lain-lain. Jadi Allah membuat manusia binatang tumbuh-tumbuhan dan semua organ-organnya menggunakan qodrat satu, ilmu satu, tidak seperti manusia membuat sesuatu menggunakan ilmu sendiri seperti kesehatan dengan ilmu kedokteran, menanam dengan ilmu pertanian dan lain-lain. tauhid fi’li yaitu meyakinkan bahwa semua perbuatan hamba hanyalah ciptaan Allah sendiri, artinya perbuatan manusia itu ada yang disebut ikhtiariun yaitu perbuatan yang bias dilakukan dan bias dihindari misalnya sholat bias dikerjakan dan meniggalkannya juga bisa. Ada juga fi’lun idhtirory yaitu pekerjaan yang hanya bias terjadi tetapi tidak bias dihindari contohnya pekerjaan orang yang kena syaraf misalkan orang kena penyakit struk ketika syarafnya mati tidak bias dihindari kecuali dengan diobatin. Jadi semuanya yang terjadi itu ciptaan Allah sesuai dengan qhodo dan qhodar “la yusibana illa makataballahu lana”. Dan orang yang ‘aqil itu pasti mengerti tentang itu semuanya sedang orang yang ghofil pasti tidak mengerti. Jadi segala sesuatu pekerjaan manusia (adat) yang diyakini termasuk syirik.
Ghofil adalah orang yang lupa dengan tauhid (tauhid fi’li yaitu sesuatu yang diperbuat manusia itu semuanya ciptaan Allah menurut qhodo dan qhodar). Sedang ‘Aqil adalah orang yang mengerti tentang segala perbuatan manusia itu ciptaan Allah sesuai dengan qhodo dan qhodar. Ada sebuah cerita perdebatan antara imam ghozali (sunni) dengan imam zamakhsyari (mu’tazila), tentang masalah aqidah, kata imam ghozali “segala perbutan manusia diciptakan Allah” sedang pendapat imam zamakhsyari “segala perbuatan manusia diciptakan manusia itu sendiri” semuanya sama-sama kuat perdebatannya akhirnya imam ghozali berdo’a, “ya Allah tolong berilah jalan kebenernya” kemudian zamakhsyari akhirnya sadar akan pendapatnya. Dan imam ghozali dapat petunjuk agar putrinya imam ghozali yang bernama fatimah dikawinkan dengan syekh zamakhsyari, kemudian imam ghozali datang ke imam zamakhsyari untuk menyampaikan niatnya mengawinkan putrinya untuk zamakhsyari padahal zamakhsyari ketika itu sudah tua, setelah dikawinkan ketika malam pertama karena fatimah masih muda maka meminta pelayanan yang lebih padahal sudah 2 kali meminta bersetubuh tetapi karena beliau sudah tua jadi tidak kuat lagi, akhirnya syekh zamakhsyari menyadari bahwa perbuatan manusia walaupun keinginan kuat tapi tetap tidak bisa dikerjakan, jadi semuanya ciptaan Allah.
Didalam kitab sifatul aulia wa marodhifatul akhwalu tasfiyah karangan syekh abul qoshim Abdurrahman asyukri dan musnadnya ayub bin bishr attoliqoni diceritakan dari temannya bahwa saya melihat lelaki yang tidak membawa apa-apa berjalan di tengah-tengah padang pasir, kemudian saya deketin dan bertanya “ya rokhimakumullah, mau kemana?” dijawab “tidak tahu” kemudian di Tanya lagi “apakah kamu pernah melihat seseorang menuju satu tempat tetapi tidak dia tidak tahu?” dijawab “ada” siapa? “saya sendiri” kemudian ditanya lagi “niat kamu kemana?” dijawab “niat saya kemekkah” tetapi kok ditanya tidak tahu, dijawab beliau “saya sering bertujuan ke mekkah tetapi sampenya ditursus” kemudian ditanya “dimana perbekalan kamu?” jawab “tidak tahu” akhirnya jengkel kemudian bertanya “kenapa kamu setiap ditanya tidak tahu?” dijawab “suatu saat saya dibuat Allah saya jadi orang mulya, terkadang saya jadi orang hina” kemudian bertanya lagi “siapakah yang berbuat?” dijawab “Allah” bertanya lagi “tolong jelaskan semuanya” dijawab “ kita itu semuanya ditahan Allah pada siang hari kemudian malam hari saya menginap dikampung kemudian orang-orang kampung mengatakan saya maling setelah saya sholat isya malam-malam dimasjid tetapi kata orang-orang dikirain saya tidur dimasjid akhirnya diusir, kemudian saya bertanya saya nginep dimana? Dijawab orang-orang tersebut disuruh tidur dikuburan, kemudian pagi-pagi saya berjalan tidak tahu arah kemudian malam saya menginep dikampung lain lagi, da orang-orang kampung mengatakan bahwa saya adalah orang juhud akhirnya say jadi rebutan untuk meminta tinggal dan nginep dirumah masing-masing, setelah sholat isya ada seseorang meminta singgah dirumahnya dan dijamu dengan segala makanan dan tempat tidur yang megah, kemudian pagi-pagi aku tetap dimulyakan” kemudian ditanya oleh temennya ayub lagi “kamu kalau masuk bagdad mampirlah kerumah saya”
Kemudian selang beberapa waktu dia melihat ada seseorang duduk didepan rumah temennya ayub itu, pas dilihat ternyata orang yang bertemu dipadang pasir itu, kemudian dipersilahkan masuk, kemudian bertanya “apakah yang diperbuat Allah setelah pisah dengan aku dipadang pasir” dijawab “ku dipukuli orang karena aku diteriakin pencuri” kemudian dia bercerita “suatu saat saya diberikan lebih oleh Allah, saya melewati perkebunan, dan saya melihat ada buah-buahan yang sudah busuk dan masih bagus, akhirnya aku makan buah yang busuk, kemudian diteriakin maling oleh sipemilik kebun, akhirnya saya dipukulin, kemudian dating sipenunggang kuda dan memukul sipemilik kebun dan dia berkata beliau orang jahid bukan maling, itulah yang dperbuat Allah kepada saya” jadi orang yang ‘arif tidak mempunya tadbir yaitu sesuatu perencanana yang akan diperbuat setiap harinya atau target yang ingin dicapai. Jadi semuanya dipasrahkan kepada Allah.
Abu madyan berkata “ usahakan dengan sungguh-sungguh bila dapat, supaya hatimu setiap pagi dan sore memasrahkan bulat-bulat kepada Allah, semoga Allah melihat kepadamu dengan pandangan rahmatNya niscaya kamu termasuk bahagia dunia akhirat, siapa yang melihat Allah, yaitu apapun yang terjadi semata-mata ciptaan Allah. Jadi kapan ada persoalan hidup baik persoalan rumah tangga, ekonomi, pendidikan dan lain-lain maka lihatlah hati kamu, tapi kalau kamu melihatnya kekuatan kamu sendiri maka kamu jauh dari Allah. Doa abu madyan setiap pagi “ya Allah ini aku berada diwaktu pagi tidak ada yang menguasai diriku untuk kebaikan atau menolak bahaya atau mati atau hidup, atau bangkit sesudah mati atau sesudah hidup dan aku tidak dapat mengambil kecuali apa yang Kau beri, dan tidak dapat menghindari sesuatu kecuali yang Engkau hindarkan, ya Allah pimpinlah aku, kepada jalan yang Engkau ridhoi yang Engkau restui baik dalam perkataan atau amal perbuatan didalam taat kepadaMu, sungguh Engkau yang besar karunianNya”

“Robbi farfa’na bibarqatihim, wa minal khusna bikhurmatihim, wa amitna fi toriqotihim, wa mu’afati minal fithani”.