Wednesday, May 6, 2009

Nasehat para imam mazhab untuk mengikuti sunnah



IMAM ABU HANIFAH
Imam mazhab yang pertama adalah Abu Hanifah Nu'man
bin Tsabit. Para muridnya telah meriwayatkan berbagai
macam perkataan dan pernyataan beliau yang seluruhnya
mengandung satu tujuan, iaitu kewajiban berpegang pada
Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
meninggalkan sikap membela pendapat-pendapat para
imam bila bertentangan dengan Hadis Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Ucapan beliau.
1) "Jika suatu Hadis itu sahih, maka itulah
mazhabku".
2) "Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan
kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil
sumbernya"
3) Pada riwayat lain dikatakan bahawa beliau
mengatakan: "Orang yang tidak mengetahui
dalilku, haram baginya menggunakan
pendapatku untuk memberikan fatwa". Pada
riwayat lain ditambahkan: "Kami hanyalah seorang
manusia. Hari ini kami berpendapat demikian
tetapi besok kami mencabutnya". Pada riwayat
lain lagi dikatakan: "Wahai Ya'qub (Abu Yusuf),
celakalah kamu! Janganlah kamu tulis semua
yang kamu dengar dariku. Hari ini saya
berpendapat demikian, tapi hari esok saya
meninggalkannya. Besok saya berpendapat demikian, tapi hari berikutnya saya
meninggalkannya".
4) Kalau saya mengemukakan suatu pendapat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
tinggalkanlah pendapatku itu yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadis

IMAM MALIK BIN ANAS
Imam Malik bin Anas menyatakan:
1) "Saya hanyalah seorang manusia, terkadang
salah, terkadang benar. Oleh kerana itu, telitilah
pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur'an dan
Sunnah, ambillah; dan bila tidak sesuai dengan
Al-Qur'an dan Sunnah, tinggalkanlah".
2) "Siapa pun perkataannya bisa ditolak dan bisa
diterima, kecuali hanya Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam sendiri".
3) Ibnu Wahhan berkata: "Saya pernah mendengar
Malik menjawab pertanyaan orang tentang
menyela-nyela jari-jari kaki dalam wudhu,
jawabnya: 'Hal itu bukan urusan manusia'. Ibnu Wahhab berkata: 'Lalu saya tinggalkan beliau
sampai orang-orang yang mengelilinginya
tinggal sedikit, kemudian saya berkata
kepadanya: 'Kita mempunyai Hadis mengenai hal
tersebut'. Dia bertanya: 'Bagaimana Hadis itu?.
Saya menjawab: 'Laits bin Sa'ad, Ibnu Lahi'ah,
Amr bin Harits, meriwayatkan kepada kami dari
Yazid bin 'Amr Al-Mu'afiri, dari Abi 'Abdurrahman
Al-Habali, dari Mustaurid bij Syaddad Al-
Qurasyiyyi, ujarnya: 'Saya melihat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menggosokkan jari
manisnya pada celah-celah jari-jari kakinya'.
Malik menyahut:' Hadis ini hasan, saya tidak
mendengar ini sama sekali, kecuali kali ini.
'Kemudian di lain waktu saya mendengar dia
ditanya orang tentang hal yang sama, lalu beliau
menyuruh orang itu untuk menyela-nyela jari-jari
kakinya"

IMAM ASY-SYAFIE
Riwayat-riwayat yang dinukil orang dari Imam Syafie
dalam masalah ini lebih banyak dan lebih bagus 9 dan
pengikutnya lebih banyak yang melaksanakan pesannya
dan lebih beruntung.
Beliau berpesan antara lain.
1) "Setiap orang harus bermazhab kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan
mengikutinya. Apa pun pendapat yang aku
katakan atau sesuatu yang aku katakan itu
berasal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam tetapi ternyata berlawanan dengan
pendapatku, apa yang disabdakan oleh
Rasulullah itulah yang menjadi pendapatku"
2) "Seluruh kaum muslim telah sepakat bahawa
orang yang secara jelas telah mengetahui suatu
Hadis dari Rasulullah tidak halal
meninggalkannya guna mengikuti pendapat
seseorang"
3) "Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu
yang berlainan dengan Hadis Rasulullah,
peganglah Hadis Rasulullah itu dan tinggalkan
pendapatku itu"
4) "Bila suatu Hadis sahih, itulah mazhabku"
5) "Kalian lebih tahu tentang Hadis dan para
rawinya daripada aku. Apabila suatu Hadis itu
sahih, beritahukanlah kepadaku biar di mana pun
orangnya, apakah di Kuffah, Bashrah, atau Syam,
sampai aku pergi menemuinya"
6) "Bila suatu masalah ada Hadisnya yang sah dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menurut
kalangan ahli Hadis, tetapi pendapatku
menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya, baik
selama aku hidup maupun setelah aku mati"
7) "Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu
pendapat yang ternyata menyalahi Hadis Nabi
yang sahih, ketahuilah bahawa hal itu bererti
pendapatku tidak berguna"
8) "Setiap perkataanku bila berlainan dengan
riwayat yang sahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam, Hadis Nabi lebih utama dan kalian
jangan bertaqlid kepadaku"
9) "Setiap Hadis yang datang dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, bererti itulah pendapatku, sekalipun kalian tidak mendengarnya sendiri dari
aku"

AHMAD BIN HANBAL
Ahmad bin Hanbal merupakan seorang imam yang paling
banyak menghimpun Hadis dan berpegang teguh
padanya, sehingga beliau benci menjamah kitabkitab
yang memuat masalah furu' dan ra'yu.
Beliau menyatakan sebagai berikut:
1) "Janganlah engkau taqlid kepadaku atau
kepada Malik, Sayfi'i, Auza'i dan Tsauri, tetapi
ambillah dari sumber mereka mengambil. 20
Pada riwayat lain disebutkan: "Janganlah
kamu taqlid kepada siapapun mereka dalam
urusan agamamu. Apa yang datang dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahabatnya, itulah hendaknya yang kamu
ambil. Adapun tentang tabi'in, setiap orang
boleh memilihnya (menolak atau menerima)"
Kali lain dia berkata: "Yang dinamakan ittiba'
iaitu mengikuti apa yang datang dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, sedangkan yang datang dari para
tabi'in boleh dipilih".
2) "Pendapat Auza'i, Malik dan Abu Hanifah
adalah ra'yu (pikiran). Bagi saya semua ra'yu
sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama
adalah yang ada pada atsar (Hadis)"
3) "Barangsiapa yang menolak Hadis Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berada di
jurang kehancuran"

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar
beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (AnNisaa': 59)

Demikianlah pernyataan para imam dalam menyuruh
orang untuk berpegang teguh pada Hadis dan melarang
mengikuti mereka tanpa sikap kritis. Pernyataan mereka
itu sudah jelas tidak bisa dibantah dan diputarbalikkan
lagi. Mereka mewajibkan berpegang pada semua Hadis
yang sahih sekalipun bertentangan dengan sebagian
pendapat mereka tersebut dan sikap semacam itu tidak
dikatakan menyalahi mazhab mereka dan keluar dari
kaedah mereka, bahkan sikap itulah yang disebut
mengikuti mereka dan berpegang pada tali yang kuat
yang tidak akan putus. Akan tetapi, tidaklah demikian halnya bila seseorang meninggalkan HadisHadis yang sahih kerana dipandang menyalahi pendapat mereka.
Bahkan orang yang berbuat demikian telah durhaka
kepada mereka dan menyalahi pendapatpendapat
mereka yang telah dikemukakan di atas. Allah berfirman.
"Demi Tuhanmu, mereka itu tidak dikatakan
beriman sehingga mereka menjadikan kamu
sebagai hakim dalam menyelesaikan sengketa
diantara mereka, kemudian mereka tidak
berkeberatan terhadap keputusanmu dan
menerimanya dengan sepenuh ketulusan hati".
[AnNisa':65]
Allah juga berfirman.
"Orangorang
yang menyalahi perintahnya
hendaklah takut fitnah akan menerima mereka
atau azab yang pedih akan menimpa mereka".
[AnNur:63]
Imam Hafizh Ibnu Rajab berkata: "Kewajiban orang yang telah menerima dan
mengetahui perintah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam adalah menyampaikan kepada
ummat, menasihati mereka, dan menyuruh
mereka untuk mengikutinya sekalipun
bertentangan dengan pendapat mayoritas
ummat. Perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam lebih berhak untuk dimuliakan dan diikuti
dibandingkan dengan pendapat tokoh mana pun
yang menyalahi perintahnya, yang terkadang
pendapat mereka itu salah. Oleh kerana itulah,
para sahabat dan para tabi'in selalu menolak
pendapat yang menyalahi Hadis yang sahih
dengan penolakan yang keras yang mereka lakukan bukan kerana benci, tetapi kerana rasa
hormat. Akan tetapi, rasa hormat mereka kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh
lebih tinggi daripada yang lain dan kedudukan
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh di atas
makhluk lainnya. Bila perintah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata berlawanan
dengan perintah yang lain, perintah beliau lebih
utama didahulukan dan diikuti, tanpa sikap
merendahkan orang yang berbeda dengan
perintah beliau, sekalipun orang itu
mendapatkan ampunan dari Allah. Bahkan orang yang mendapat ampunan dari Allah, yang
pendapatnya menyalahi perintah Rasuluallah
Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak merasa benci
bila seseorang meninggalkan pendapatnya,
ketika ia mendapati bahawa ketentuan Rasulullah
berlawanan dengan pendapatnya.
Komentar AlAlbani:
Bagaimana mereka (para imam)
membenci sikap semacam itu, padahal mereka sendiri
menyuruh para pengikutnya untuk berbuat begitu, seperti
yang telah disebut keterangannya di atas. Mereka
mewajibkan para pengikutnya untuk meninggalkan
pendapatpendapat
mereka, bila bertentangan dengan
Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan Imam
Syafie menyuruh para muridnya untuk mengatasnamakan
dirinya terhadap setiap Hadis yang sahih, sekalipun beliau
tidak meriwayatkannya, atau bahkan pendapatnya
bertentangan dengan Hadis itu. Oleh kerana itu, Ibnu Daqiq Al'Id
mengumpulkan berbagai Hadis yang
dikategorikan bertentangan dengan pendapat dari salah
satu atau seluruh imam yang empat, dalam sebuah buku
besar. Beliau mengatakan pada pendahulunya:
"Mengatasnamakan para imam
mujtahid tentang berbagai masalah
yang bertentangan dengan Hadis sahih
adalah haram".
Para ahli fiqih yang taqlid kepada
mereka wajib mengetahui bahawa tidak
boleh mengatasnamakan masalah itu
kepada mereka. sehingga berdusta
atas nama mereka.



1 comment:

  1. Assalamualaikum..

    Terima kasih kerana sudi berkongsi segala ilmu disini..semoga ALLAH S.W.T permudahkan segala urusan..Insya'ALLAH sama2 doakan..

    ReplyDelete