Saturday, May 2, 2009

Makna Susah didalam Ibadah


Orang yang rajin dalam ibadah kalau seandainya meninggalkan ibadah maka orang tersebut akan merasakan kesusahan, kesedihan, kehawatiran, bahkan bisa ketakutan dalam jiwanya, sebagaimana telah diceritakan oleh sayyidina umar bin hattab RA. Beliau pada suatu hari masuk kesebuah kebun kurma, dan kebun tersebut tanahnya sangat subur airnya mengalir dengan bersih dan buah kurmanya tumbuh segar-segar, karena senangnya sahabat umar menikmati keindahan kebun tersebut sampe lupa meninggalkan jama’ah sholat ashar, kemudian dia melihat gerombolan muslimin berjalan menghampirinya dan beliau bertanya “dari mana kalian semuanya” mereka menjawab kami baru saja melaksanakan sholat ashar berjama’ah, kemudian sahabat umar kaget gelisah, menangis dan menjawab “innalillahi wainna ilaihi roji’un”. Rasa kegelisahan sahabat umar sangat dalam karena beliau merasa berdosa kepada Allah bahkan merasakan kesusahna karena ketinggalan jama'ah sholat ashar, beliau berpikir harus perbanyak ibadah untuk menebus dosa meninggalkan jama’ah sholat ashar karena sebuah kebun kurma akhirnya kebun kurma tersebut diwaqafkan kepada kaum fakir.
Tetapi bagi kita orang awwam terkadang ketinggalan harta ataupun kerugian dalam perdagangan walaupun sedikit tetapi merasakan kesusahan dan penyesalannya bertahun-tahun, tetapi kalau ketinggalan didalam ibadah kita tidak akan merasakan penyesalan dan kesusahan sedikitpun didalam hati, itulah orang yang tertipu dalam kehidupan dunia “wa la tagrurronnakumul hayatud dunya” janganlah kalian tertipu dengan kehidupan dunia, termasuk orang yang tertipu dunia adalah orang yang sibuk mencari harta sampe meninggalkan ibadah, “ya ayyuhal ladzina amanu la tulhikum amwalukum wa la auladukum ‘an dzikrillah wa manyaf’al dzalika fa ulaika humul khosirun” hai orang-orang yang beriman janganlah melalaikan kamu, hartamu, anak-anakmu, berdzikirlah (ingatlah) kepada Allah, barang siapa yang lalai, maka termasuk orang-orang yang merugi, kesimpulannya orang yang banyak meninggalkan ibadah yaitu umumnya orang-orang yang sibuk mencari dunia, bukannya mencari dunia tidak boleh, bahkan diperintah oleh Allah sebabnya orang yang hidup didunia harus ibadah dan ibadah perlu dunia, tetapi mencari dunia jangan sampe meninggalkan ahirat dan yang lebih terpenting kebahagian akhirat karena “ad dunya majro’atul ahirat” dunia itu ladangnya ahirat.
Tetapi barang siapa sudah merasakan susah dan penyesalan dalam meninggalkan ibadah tetapi rasa kesusahan tersebut tidak membangkitkan dorongan semangat untuk beribadah dan menebus rasa kesalahan tersebut maka orang tersebut tertipu oleh syaiton, Nabi Muhammad SAW bersabdah “sesungguhnya Allah suka kepada setiap hati yang selalu susah” kesusahan disini memikiri kekurangan-kekurangan dalam beribadah, diceritakan Abu ‘Ali addaqof berkata “orang yang susah bisa menempuh perjalan menuju Allah hanya satu bulan dari pada orang yang tidak merasakan susah dalam menempuh jalan menuju Allah bertahun-tahun”, perjalan menuju Allah tersebut perjalanan yang mengalami tahapan-tahapan, yang pertama tahapan orang ‘abid yaitu orang yang beribadah mencari ridho Allah yang bertujuan selamat dari neraka dan masuk syurga, tahap kedua mukhlis yaitu orang yang beribadah tidak ada tujuan-tujuan kecuali semata-mata mencari rido Allah, tahapan yang ketiga mukhib yaitu orang yang suka kepada Allah dan yang keempat ‘arif yaitu orang yang ahli ma’rifat kepada Allah.
Orang mukhib untuk mencapai derajat ‘arif harus melintasi tahapan-tahapan tazali yaitu ada empat, tazali af’al, tazali sifat, tazali asma, tazali dzat. Inilah yang disebut perjalanan menuju Allah, dan perjalanan ini sangat panjang, digambarkan ibnu ‘atoillah asakandari bahwasannya hatinya orang itu ada yang diibaratkan seperti tanah, jika tanah tersebut digali sedikit saja sudah keluar airnya ada juga tanah digali dan keadaan tanah tersebut didalam berbatu-batu dan walaupun digali sampe dalam tidak keluar airnya, maka yang ada kegersangan oleh karena itu tanah tersebut harus dialiri, seperti halnya hati manusia kalau gersang karena disibukan denga hal-hal dunia maka harus dialiri dengan berdzikir kepada Allah dan mengikuti pengajian-pengajian untuk mengarahkan langkah kita sehingga perjalan menuju Allah jangan menyimpang, tetapi ikut pengajian tersebut harus diperhatikan lagi jangan sampe dari aliran-aliran yang bermacam-macam, sehingga menghambat perjalanan. Bahkan ada juga belajar dengan sendirinya lewat kitab-kitab, akhirnya salah pemahaman maka hati yang mangaliri kurang bagus, jadi dalam perjalanan menuju Allah ada ilmunya dan harus mempunyai seorang guru, karena man la syaikho lahu fa syaikhuhu syaiton “barang siapa yang tidak mempunyai guru maka gurunya adalah saitan”.
Orang yang berjalan menuju Allah juga ada tahapan-tahannya nafsu, nafsu yang paling bawah nafsu ammarah, , tanda-tandanya seperti ria, pelit, sombong, rakus dunia dan lain sebagainya maka kita harus riadohtin nafsu atau melatih nafsu, yang asalnya takabur menjadi tawadu’, ria menjadi ihlas dan lain sebagainya, setelah dilatih kemudian naik menjadi nafsu lawwamah kemudian naik lagi ke mulhimmah, dan biasanya kalau sudah mencapai mulhimmah biasanya sudah mukasyafah yaitu sudah kebuka mata hatinya, rahasia-rahasia alam gaib bisa kelihatan baginya, mengetahui apa yang didalam hatinya orang lain dan sebagainya,. Dan ini sangat berbahaya, karena apa yang datang dalam hati bisa datang dari Allah, ini diistilahkan dengan keawasan, keawasan dari Allah disebut warid robbani, dari malaikat disebut warid malaki, dari bangsa jin disebut warid jinni, dari bangsa saitan disebuta warid syaitoni, dari nafsu disebut warid nafsi, dan diantara warid-warid tersebut yang datang kedalam hati ini tidak bisa dibedakan, dan yang masih belum melatih nafsu mulhimmah tidak bisa membedakan, maka tidak boleh menggunakan ilmu mukasyafah ini sebelum dicocokan dengan syariahnya, contohnya yang datang dalam hati dicocokan kedalam alquran ada tidak, didalam hadis boleh apa tidak, para jumhur ulama membolehkan tidak? Itulah yang dimaksud kesusahan dalam ibadah disini adalah usaha untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dalam ibadah apa lagi didalam mencari perjalan menuju Allah harus penuh dengan kesusahan yang dilewati.
Kesimpulannya didalam ketinggalan ibadah harus merasakan susah tetapi kesusahan yang sodiq (benar) artinya memberikan motivasi untuk lebih tekun dalam ibadah, yang kedua semangat untuk menutupi kekurangan-kekurangan dalam ibadah, yang ketiga harus ada permohonan untuk diberikan semangat dalam ibadah karena bagaimanapun usaha kita, keniatan kita kalau tidak karena Allah maka tidak akan terjadi karena manusia hanya berusaha, Allah juga yang menentukan.

1 comment:

  1. asl..
    I'am back, mm..boleh ni numpang gores dua gores pena di lembaran suci ini.

    sedikit hamba fakir ni menambahkan min akhir kalamukum, "ruh-nya ibadah adalah khusyu, dan khusu ini semata2 datangny dari hati, dimana hati kita ini mampu merasakannya dengan sentuhan dzikir 'ala bidzikri Allah tatmainul qulub' disinilah ibadah kita akan terasa nikmat.

    "ad-zdikru jasarun baena ad-dunya wal akhiroh"
    dzikir adalah jembatan penghubung antara dunia dan akhirat, oleh karenanya sifat khusyu yg bercokol dr dzikir ini akan menyambungkan diri manusia antara dunia dan akhirat.

    kita sering kali mengkaji qur'an dengan menelisik makna2nya, sebuah soal, dalam qur'an selalu ada dua kata "aladzina amanu" dan "al-mu'min/mu'min" apakah kedua kata ini memiliki makna yg sama..?? and kalau memang sama kenapa Allah mengatakan
    -- "ya ayuhalazdina amanu tuubuu ilallahi taubaran nashuha..." (Qs, at-tahrim 8) kenapa ga memakai kata ya "ayuhal mu'minuna"...??
    ---"...li yuhrija ladzina amanu wa amilusholihati mina dzulumati ila nur.." (Qs: at-tholaq : 11) kemudian ayat yg lain...


    sedangkan kata mu'min sellau berbeda :
    --"kod aflahal mu'minun. alazdina hum fi sholatihim khosyiun" (Qs: al-mu'minun : 1-2)
    kenapa bukan kata "qod aflaha alazdina amanu.."..??
    --"..mushodiqon lima baena yadaehi wa hudan wa busyro lil mu'minin.." (Qs: al-baqoroh : 97) dan kenapa lagi2 kata mu'min ini yg di pakai..??

    dan masih bnyk lg ayat2 lainny yg seakan menunjukan hal yg berbeda dlm peletakan dua kata ini, ataukah kedua kata tersebut memiliki makna/arti yg berbeda..?? bukan arti sebatas terjemah bahasa, karena bahasa qur'an lebih tinggi dr bahasa manusia "al'quran fauqo lughoh" alqur'an di atas (semua)bahasa.

    mmm...seterusnya sy pengen tanya apa makna tazali tu sendiri..kenapa samapai ada tazali dzat...??

    ReplyDelete